Berangkat dari situ istri-istri kelas pekerja rela dijual suaminya di pasar ternak kepada penawar tertinggi.
Ada pula wanita yang ingin meninggalkan pernikahan yang tidak bahagia atau mengalami tindak kekerasan juga bisa meminta untuk dijual dan biasanya keputusan itu adalah miliknya.
Baca Juga: Kisah KRI Samadikun Bombardir Kapal Selam Asing Sampai Rusak Karena Menyusup ke Perairan Indonesia
Namun jika ia tak suka dengan pembeli maka ia bisa menolak.
Praktik ini amat populer di Eropa pada abad pertengahan lantaran sering terjadi desersi ekonomi akibat ulah kaum Borjuis dan Bangsawan yang selalu memonopoli perekonomian.
Akan tetapi praktik ini mulai memudar seiring berjalannya waktu dan negara-negara disana mulai melarang penjualan istri di pasar-pasar ternak.(*)