Dalam sejarah Kopassus, seragam loreng darah mengalir pernah melegenda saat Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) melakukan operasi pembersihan pemberontakan DI/TII.
Awalnya, pasukan Komando menggunakan seragam loreng dengan corak khusus yang dikenal dengan sebutan seragam loreng ‘Macan Tutul.’
Baca Juga: Tak Menyesal Dimadu, Samira Mengaku Senang Suaminya Bisa Menikah dengan Istri Keduanya
Sementara itu, pakaian loreng itu merupakan pakaian buatan Amerika yang diproduksi pada masa Perang Dunia II dalam jumlah besar dan digunakan oleh U.S.Marines.
Pada saat usainya Perang Dunia II, pakaian tersebut dibagibagikan ke tentara Kerajaan Belanda dan akhirnya diwariskan kepada angkatan perang Indonesia yang kemudian menjadi seragam khusus prajurit-prajurit Komando.
Pakaian loreng Macan Tutul ini cukup terkenal sebagai ciri khas prajurit prajurit Baret Merah kala itu, utamanya di kalangan masyarakat Jawa Barat.
Namun, di tahun-tahun kemudian bahan untuk membuat pakaian loreng macan tutul sudah tidak di produksi lagi, kemudian dilakukan upaya untuk membuat sendiri pakaian khusus bagi prajurit Baret Merah.
Dirancanglah pakaian dengan corak khusus yang dikenal dengan nama loreng "Darah Mengalir".
Pakaian ini resmi diperkenalkan kepada publik untuk pertama kali pada acara parade dan defile pasukan di lapangan parkir Senayan dalam Hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata tanggal 5 Oktober 1964.