Selain itu, kata dia, garis perbatasan negara yang sangat luas dan garis pantai Papua yang demikian panjang yang tidak mungkin bisa dijaga selama 24 jam, memungkinkan menjadi peluang pasokan amunisi dari luar.
Apalagi, setelah kerusuhan Ambon, Maluku dan Poso, Sulawesi Tengah tersebar senjata dan amunisi di tangan perusuh dan belum semuanya berhasil ditarik kembali ke negara, dan kemungkinan sebagian besar disusupkan masuk ke Papua.
"Terjadinya konflik di beberapa negara tetangga seperti Filipinan juga menjadi peluang sumber pasokan amunisi dan senjata masuk ke Papua," katanya.
Baca Juga: Tak Ingin Masa Depan 13 Anaknya Tambah Suram, Mantan Ajudan Tinggi KKB Putuskan Kembali ke NKRI
Termasuk beberapa kali terjadi penyerangan Pos TNI dan Polri, gerombolan separatis, lanjut Aidi, berhasil merampas senjata dan amunisi dari tangan aparat keamanan.
"Juga disinyalir keterlibatan oknum tokoh-tokoh Papua tertentu yang mendukung perjuangan KKSB dengan indikator bahwa pada saat KKSB melaksanakan serangkaian tindakan kekerasan, pembantaian, penyerangan, pemerkosaan dan lain-lain, Pemda dan tokoh-tokoh Papua diam, bungkam seribu bahasa," katanya.
Namun ketika negara bertindak mengerahkan aparat keamanan TNI dan Polri, kata Aidi, para oknum tokoh-tokoh tersebut secara ramai-ramai melakukan aksi protes.
"Mereka mengkritik, memaki, memfitnah bahkan meminta TNI dan Polri
ditarik dari Nduga. Jadi bukan tidak mungkin para oknum tokoh Papua tertentu berada di balik pergerakan KKSB di hutan," katanya.(*)
Source | : | Facebook,Antara,kompas,Wartakota |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar