Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Pengawasan guru terhadap murid-muridnya menjadi suatu hal yang penting di sekolah.
Pasalnya, kondisi murid dalam keadaan apapun jika masih berada di lingkungan sekolah merupakan tenggung jawab guru dan penguruh sekolah.
Kelalaian pengawasan sekolah terhadap muridnya dapat menimbulkan hal yang merugikan bagi pihak sekolah.
Seperti yang terjadi belakangan ini di sebuah sekolah Taman Kanak-kanan (TK) di daerah Kabupaten Bandung.
Melansir dari Wartakotalive.com (1/8/2019), seorang anak TK berumur 6 tahun bernasib tragis setelah mengalami sebuah kecelakaan di sekolah.
Bocah bernama Syakira murid PGRA Al Haq Margahayu, Kabupaten Bandung ini tewas setelah terjepit gerbang otomatis di sekolahnya.
PGRA merupakan lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama.
Peristiwa ini terjadi pada Selasa (30/7/2019) saat Syakira diduga sedang asik bermain di lingkungan sekolahnya.
Pada saat itu jam sudah memasuki waktu pulang sekolah, sekitar pukul 11.00 WIB.
Namun, Syakira tak segera pulang, bocah TK itu bermain dulu di sekolahnya.
Ia bermain di sekitar gerbang otomatis di sekolahnya.
Gerbang otomatis setinggi tiga meter dan memiliki panjang empat meter itu memisahkan sekolah PGRA, MA, dan MTS.
Tombol gerbang otomatis itu terletak di sekitar MTs dan MA.
Kabarnya, gerbang tersebut baru dipasang pihak sekolah baru-baru ini.
Namun, kini justru ada kejadian tak terduga di tempat terpasangnya gerbang tersebut.
Saat asik bermain, Syakira diduga terjepit gerbang otomatis itu.
Saksi yang menyaksikan peristiwa itu langsung melarikan Syakira ke Rumah Sakit SUlaeman Margahayu.
Namun, nyawa Syakira tak dapat diselamatkan, ia pun meninggal dunia.
Melansir dari TribunJabar, pihak kepolisisan setempat sudah melakukan penyelidikan mengenai kasus ini.
Melalui rekaman CCTV, polisi menelusuri kronologi peristiwa ini.
"Kejadian tersebut memang ada, kejadiannya di Margahayu," kata Kasatreskrim Polres Bandung AKP Firman Taufik kepada wartawan Tribun Jabar.
Menurutnya, berdasarkan pantauan CCTV, kejadian itu merupakan musibah.
"Hasil pantauan CCTV, itu bukan menjadi sebuah kesalahan tapi menjadi musibah," ujarnya.
Sementara itu pihak keluarga Syakira disebut menganggap kejadian yang menimpa Syakira hingga meninggal sebagai musibah.
"Pihak keluarga pun sudah merasa itu menjadi musibah, anak dari keluarga menjadi korban terjepit di pintu gerbang sekolah tersebut," katanya.
Di sisi lain, pihak Kementrian Agama Kabupaten Bandung kini tengah mencari informasi terkait kronologi kejadian tersebut.
"Kami cari informasi dulu, kami kan berjenjang infomasinya, kami ke Ketua Forumnya dulu (Forum PGRA Kabupaten Bandung). Kami cari kronologi dulu," ujar Humas Kementerian Agama Kabupaten Bandung Ahmad Suhaeri.
Sementara itu, Kapolsek Margahayu Kompol Agus Wahidin mengatakan baru mendapat informasi peristiwa itu pukul 16.00 WIB.
"Saya baru dapat informasi pukul 16.00 WIB lebih. Saat kami ke TKP memang betul ada kejadian kecelakaan kejepit sama pintu gerbang otomatis, menggunakan alat penggerak tombol," katanya melalui telepon seluler, Rabu (31/7/2019).
Agus mengatakan, korban lepas dari pengawasan orangtuanya.
Korban setiap hari ke sekolah diantarkan neneknya.
Sementara itu, pihak keluarga menolak untuk dilakukan penyelidikan ketika akan didatangkan INAFIS Polres Bandung.
"Keluarga keberatan untuk diambil gambar juga. Karena sudah menyatakan sebagai musibah. Takdir dari Allah dan menolak untuk diotopsi," jelasnya.
Hingga saat ini pernyataan kejadian tersebut sebagai musibah dari pihak keluarga sedang diproses.
Sementara terkait luka yang dialami korban pihaknya tidak mengetahui karena pihak keluarga menolak untuk dilakukan penyelidikan.(*)