Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah
GridHot.ID - Kasus istri sewa pembunuh bayaran untuk habisi nyawa suami dan anak tirinya sendiri di Sukabumi, Jawa Barat, ramai diperbincangkan publik.
Dilansir dari Kompas.com, kasus itu terungkap setelah warga di sekitar Jalan Cidahu, Sukabumi menemukan dua jenazah yang terbakar di mobil Toyota Calya berpelat nomor B 2983 SZH.
Setelah ditangani pihak kepolisian, dua jenazah hangus yang akhirnya diketahui berinisial Edi Chandra Purnama alias Pupung (54) dan M Adi Pradana (23) alias Dana yang merupakan korban pembunuhan berencana.
Ironisnya, dalang dari pembunuhan sadis terhadap Pupung dan Dana adalah istri sekaligus ibu tiri dari korban.
Tak hanya melibatkan empat pembunuh bayaran, Aulia Kesuma alias AK (45) yang kini telah diamankan pihak berwajib itu juga melibatkan anak kandungnya yang berinisial KV (18) alias Geovanni Kelvin.
Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi menyebutkan, keempat pembunuh bayaran tersebut berinisial AG, SG, RD dan AL.
Namun yang kemudian menemani Aulia Kesuma dan Geovanni Kelvin hanya AG dan SG.
Nasriadi menceritakan, keempat pembunuh bayaran itu sebelumnya berangkat bersama dari sebuah apartemen di Jakarta menuju lokasi rumah korban di Lebak Bulus, Jakarta.
"Ditengah perjalanan dari apartemen ke Lebak Bulus tepatnya di jalan Pasar Minggu salah satu eksekutor tersebut kesurupan seperti sakit ayan," kata Nasriadi usai rilis pembunuhan ayah dan anak di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Kamis (29/8/2019)
Mengingat kondisi tersebut, salah satupembunuh bayaran yakni RD kemudian mengantarkan AL ke penginapan di wilayah Pejaten, Jakarta.
Baca Juga: Cinta Tak Memandang Fisik, Bule Austria yang Nikahi Petugas PPSU Jakarta: Buat Saya Dia Sempurna
"RD pengin ikut sebenarnya, namun dia dapat informasi AL tak bisa ditinggal akhirnya RD mengurungkan dan hanya dua eksekutor yang ikut ke sana," kata Nasriadi.
Selain kisah empat pembunuh bayaran yang disewa Aulia Kesuma untuk membunuh suami dan anak tirinya, terdapat pula dua pembunuh bayaran lain yang terkenal akan kesadisannya.
Dilansir dari Wiken.grid.id dan YouTube, dua pembunuh bayaran itu adalah Umar Jaya dan Iwan Cepi Murtado.
1. Umar Jaya
Umar Jaya adalah seorang pria yang menjadi pembunuh bayaran di Sumatera Barat.
Terakhir, ia divonis penjara karena telah membunuh Rektor Universitas Padang.
Pada tahun 1996, Umar Jaya dibayar Rp 100 juta untukmelakukan pembunuhan bersamatiga orang rekannya.
Saat itu, Umar bertindak sebagai sopir yang menunggu di luar rumah, dua temannya menjadi eksekutor, dan satu lainnya menjaga di depan pintu.
Kedua teman Umar yang menjadi eksekutor saat ini telah meninggal dunia, sedangkan satu temannya yang lain dinyatakan telah bebas.
Umar Jaya berhasil dibekuk polisi dan dipenjara selama 11 tahun. Ia bebas pada tahun 2011.
Umar Jaya juga pernah terlibat kasus perampokan di rumah pemilik mesin giling padi di Nagari Guguak VII Kota Talago, Kecamatan Guguak, pada 18 Agustus 2015.
Ia beraksi dengan tujuh temannya dan berhasil membawa kabur 200 gram emas serta uang tunai Rp 90 juta.
2. Iwan Cepi Murtado
Iwan Cepi Murtado sendiri merupakan anak dari Murtado, seorang jawara Betawi yang terkenal dengan nama 'Macan Kemayoran'.
Iwan sebelumnya berkarir menjadi seorang tentara selama delapan tahun. Namun dirinya keluar dari dunia militer karena merasa tidak disiplin.
"Kalau keluar, saya memang lupa dengan kedisiplinan saya," kata Iwan dalam wawancara di tayangan On The Spot.
Baca Juga: Akur dengan Ibu Tiri, Intip Kedekatan Anak Ahok Saat Diajak Nonton Film Bareng Puput Nastiti Devi
Hingga akhirnya Iwan terjebak di dunia gelap dan menjadi seorang pembunuh bayaran.
Iwan mengatakan dirinya sudah mulai membunuh sejak tahun 70an.
Dirinya membunuh berdasarkan 'pesanan' dari para konglomerat.
Iwan mengaku tidak pernah memikirkan para korbannya, dirinya selalu hanya berfokus kepada setiap bayaran yang dia dapat nantinya.
Iwan mendapatkan bayaran sebanyak Rp 2 juta hingga Rp 25 juta di tahun-tahun tersebut.
Iwan lantas menceritakan satu pembunuhan yang masih sangat melekat di ingatannya.
"Yang paling saya ingat adalah yang terakhir, karena dia adalah seorang perempuan, perasaan saya ada, tidak teganya, karena ia perempuan, karena itulah saya menyesal," tutur Iwan.
Iwan sempat ditahan di Lapas Cipinang selama sekitar 10 tahun.
Selama di penjara, Iwan sangat disegani.
Bahkan dirinya sempat menjadi penguasa di Lapas tersebut.
Namun semenjak keluar dari penjara, dirinya mengaku sudah bertobat dan mulai menata kembali hidupnya.
Dia juga mengaku sangat menyesali segala perbuatannya di masa lalu.
"Apakah saya bertobat ini ada ampunan Allah? Saya serahkan kepada Allah," ujarnya.