Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati
GridHot.ID -Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie tutup usia di RSPAD Gatot Soebroto, Rabu (11/9/2019).
Dikutip GridHot.ID dari Kompas.com, putra bungsu BJ Habibie, Thareq Kemal Habibie menjadi yang pertama mengabarkan kabar duka terkait meninggalnya sang ayah.
"Dengan sangat berat, mengucapkan, ayah saya Bacharudin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI, meningal dunia jam 18.05 WIB," ujar Thareq di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Thareq mengatakan, ayahnya meninggal dunia karena sudah berusia tua sehingga sejumlah organ dalam tubuhnya mengalami degenerasi. Salah satunya adalah jantung.
Meski BJ Habibie telah dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan pada Kamis (12/9/2019), berpulangnya sosok Habibie meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak.
BJ Habibie dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, beliau dimakamkan di samping makam mendiang istri Hasri Ainun Besari yang lebih dulu berpulang pada 22 Mei 2010.
Upacara pemakaman dipenuhi dengan tokoh negara, politisi, hingga warga yang ingin memberikan penghormatan terkahir pada sang mantan Presiden.
Namun selama upacara pemakaman yang disiarkan langsung oleh Kompas TV, tak nampak perwakilan keluarga mantan Presiden kedua Republik Indoneisa, Soeharto yang tertangkap kamera media.
Bahkan, dikutip GridHot.ID dari berbagai sumber, putri pertama Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut Soeharto tak nampak mengunggah postingan bela sungkawa di akun media sosialnya hingga 14 September 2019.
Baik itu di akun Facebook, Twitter, maupun Instagram pribadinya.
Padahal, selama ini Tutut dikenal sebagai pengusaha sekaligus politisi yang aktif dalam kegiatan sosial, dan kerap mengunggah postingan di media sosialnya.
Pada 2 Juni 2019, ketika istri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Anni Yudhoyono tutup usia, bahkan keluarga cendana menyempatkan melayat ke rumah duka.
Tak hanya itu, Tutut juga mengunggah postingan berbelasungkawanya di Instagram, Twitter dan Facebook.
Padahal, dilansir dari arsip majalah Bobo yang bertajuk BJ Habibie Dari Jalan Bau Massepe ke Jalan Merdeka Selatan, BJ habibie dan Soeharto ternyata sudah kenal jauh sebelum sama-sama bergelut di ranah politik.
Hidup Habibie cilik yang saat itu ayahnya menjabat sebagai kepala Jawatan Pertanian Sulawesi Selatan harus pindah dari Parepare ke Makassar.
Pada waktu yang sama, Overste Soeharto bertugas sebagai Komandan Brigade III Garuda Mataram untuk menumpas pemberontakan Andi Aziz di Makassar.
Markas Pasukan Brigade III dimana Soeharto bertugas berada di depan rumah Habibie di Jalan Klaperlaan.
Ketika itulah Soeharto sering berkunjung ke rumah Habibie.
Habibie yang masih berusia 13 tahun merasa sangat sedih hanya bisa menangis saat ayahnya meninggal dunia.
Soeharto yang pada saat itu juga hadir melayat pun mencoba menegarkan hati Habibie.
Usai peristiwa memilukan tersebut, Habibie pun tak pernah bertemu lagi dengan Soeharto yang mungkin harus kembali ke Jawa usai Andi Aziz tertangkap.
Hingga akhirnya, keduanya kembali bertemu kembali pada 1960-an ketika Habibie sedang menempuh kuliah di Jerman. Ketika itu Soeharto belum menjadi Panglima Kostrad.
Bersama Ibu Tien bahkan Soeharto sempat mampir ke tempat Habibie di Jerman dan membawa oleh-oleh dari ibu Habibie.
Keakraban itu pun terus terbangun hingga pada akhirnya kedua tokoh ini terjun di ranah politik dan menjadi pasangan Presiden-Wakil Presiden pada tahun 11 Maret 1998 sampai 21 Mei 1998.
Namun di ujung masa kepemimpinan Soeharto, BJ Habibie mendapati kenyataan pahit bahwa seniornya itu enggan menemui dirinya.
"Sangat saya sayangkan bahwa Pak Harto ketika itu tidak berkenan berbicara dengan saya," kata Habibie dalam buku Detik-detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, terbitan THC Mandiri.
Pada 20 Mei 1998, Soeharto hanya menugaskan Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursyid untuk menyampaikan keputusan, esok harinya, pukul 10.00, ia akan mundur sebagai presiden.
Sesuai UUD 1945, Soeharto berniat menyerahkan kekuasaan dan tanggung jawab kepada Habibie sebagai Wakil Presiden RI, di Istana Merdeka.
"Saya sangat terkejut dan meminta agar segera dapat berbicara dengan Pak Harto. Permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan. Ajudan Presiden Soeharto menyatakan akan diusahakan pertemuan empat mata dengan Pak Harto di Cendana besok pagi sebelum ke Istana Merdeka," ujar Habibie.
Keesokan harinya, Habibie bersiap meluncur ke Jl Cendana, berharap mendapatkan penjelasan dan jawaban mengenai mengapa semua ini terjadi.
"Saya mendapat berita Pak Harto ternyata belum bersedia menerima saya. Saya dipersilakan langsung saja berangkat ke Istana Merdeka. Protokol dan ADC (ajudan) Presiden berharap pertemuan empat mata dapat dilaksanakan di Istana Merdeka, " kenang BJ Habibie.
Namun setibanya di Istana Merdeka, BJ Habibie hanya diacuhkan oleh Soeharto. "Saya tercengang melihat Pak Harto, melewati saya terus melangkah ke ruang upacara dan 'melecehkan' keberadaan saya di depan semua yang hadir," tulis Habibie.
Dikutip dari Wartakota, dalam sebuah wawancara di layar kaca, yang videonya viral, terungkap alasan sebenarnya, Presiden Soeharto menolak pertemuannya dengan BJ Habibie.
"Saya penghabisan bicara dengan Pak Harto dilakukan pada bulan Juni, saat ulang tahunnya. Saya menjadi presiden tanggal 20 Mei 1998, Pak Harto ulang tahun tanggal 9 Juni," katanya.
"Saya minta Menhankam Pangab, Pak Wiranto untuk menghubungkan saya dengan Pak Harto, tanggal 9 Juni.
Saya melalui telepon, saya sampaikan, Pak Harto, saya butuh masukan, Pak Harto lengser, saya mau tahu, data-data yang detail.
Kalau Anda gubernur digantikan orang lain, ada timbang terima, walau upacara tidak dibacakan, tapi ada bahan-bahannya," katanya.
Justru, kata BJ Habibie, Soeharto tegas menjawabnya agar tidak ada hubungan atau pertemuan antara BJ Habibie dan Soeharto.
BJ Habibie bertanya, mengapa demikian?
"Merugikan kita," kata Soeharto tegas.
"Bukan merugikan Pak Harto dan Habibie, kita ini kita bangsa Indonesia karena saya kenal Pak Harto," katanya.
Terkait dengan apa ruginya jika dua pemimpin itu bertemu dan menghapus banyak spekulasi yang berkembang.
"Ruginya karena diadu domba," ujar Habibie.
Sementara itu, adik Soeharto, Probosutedjo dalammemoarnya,Saya dan Mas Harto menyebut bahwa alasan sang kakak enggan bertemu BJ Habibie adalah karena kecewa.
Pasalnya, awalnya BJ Habibie mengaku pada Soeharto tak siap menjadi Presiden, tapi pada 20 Mei, saat bersama sejumlah Menteri, Habibie justru mengaku siap menggantikan Soeharto.
Hingga keduanya tutup usia, tak ada lagi pertemuan diantara Soeharto dan BJ Habibie.(*)