Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Belakangan sebuah fenomena alam tak biasa mengagetkan warga Muaro, Jambi.
Dikabarkan masih dilanda kabut asap tebal karena bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), pada Sabtu (21/9/2019) sekitar pukul 10.42 hingga 14.00 WIB, langit daerah Muaro, Jambi berubah berwarna merah darah.
Fenomena ini pun viral di media sosial usai diabadikan melalui video oleh warga sekitar.
Salah satu akun Instagram pun membagikan video fenomena aneh itu.
Video fenomena langit merah tersebut dibagikan melalui akun Instagram Makassar Info, @Makassar_iinfo.
Hingga kini video tersebut viral dan sudah disukai lebih dari 33 ribu pengguna Instagram.
Melansir dari Kompas.com, Warga setempat, Mardiana pun kaget dengan perubahan warna langit tersebut.
"Saya dapat kiriman video dari sepupu saya, Ummu Ria, jam 10.42 WIB udah mulai merah langitnya, kak. Azan dzuhur udah mulai gelap," katanya.
Menurut Plt Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Agus Wibowo Soetarno mengungkapkan bahwa warna merah terjadi karena pergerakan kabut asap dari titik api atau hotspot.
"Warna merah tersebut merupakan kabut asap yang bergerak dari hotspot yang ada di provinsi bagian selatan Provinsi Riau," ujar Agus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/9/2019) malam.
Selain itu, salah satu warga Jambi Kota, Brian Habib Maulana mengungkapkan bahwa daerahnya tidak mengalami langit berwarna kemerahan.
"Kebetulan di Jambi Kota, di daerah saya langitnya berwarna orange kekuning-kuningan," ujar Brian kepada Kompas.com, Sabtu (21/9/2019).
Ia juga mendapat kabar dari keluarganya bahwa Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi warna langitnya kemerahan pada pukul 13.00 WIB.
Fenomena ini pun membuat warga sekitar merasa takut dan tak berani keluar rumah.
Tidak hanya itu, Mardiana juga mengimbau pemerintah agar lebih peka dengan kondisi masyarakat yang terkena dampak kebakaran hutan dan lahan ( karhutla).
Berbeda dengan pendapat Agus Wibowo, astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa fenomena langit berwarna merah bukanlah disebabkan tingginya suhu atau pengaruh api.
"Ini nampaknya fenomena Hamburan Rayleigh. Hamburan Rayleigh itu hamburan elastis pada cahaya oleh partikel-partikel mikro/nano di udara yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak," ujar Marufin.
Ia juga menegaskan bahwa fenomena ini sebenarnya umum dijumpai.
Pasalnya, fenomena Rayleigh ini menjadi penyebab langit berwarna biru pada siang hari dan memerah kala senja atau fajar.
"Dalam kasus Jambi ini, kepadatan partikel-partikel mikro/nano di udara nampaknya cukup besar sehingga lebih padat ketimbang konsentrasi partikel pada udara normal," ujar Marufin.
"Karena lebih padat maka berkas cahaya Matahari yang melewatinya akan dihamburkan khususnya pada panjang gelombang pendek (spektrum biru dan sekitarnya) hingga medium (spektrum hijau dan sekitarnya)," kata dia.
Hal itulah yang membuat langit tampak berwarna kemerahan yang terlihat seperti di Muaro Jambi.
Selain itu, Marufin menyampaikan bahwa mekanisme serupa dengan langit memerah yang cukup lama (dan tidak umum) dengan lama waktu berjam-jam sebelum terbenam matahari.
Misalnya, pasca terjadi letusan dahsyat gunung berapi seperti teramati pada kejadian pasca-letusan Krakatau pada tahun 1883 maupun Pinatubo pada tahun 1991.
Adapun, Marufin menyampaikan, adanya kejadian langit merah ini juga tidak berdampak gangguan kesehatan mata.
"Menurut saya enggak sampai pada gangguan mata. Karena ini hanya hamburan cahaya biasa. Sakit mata berpeluang terjadi lebih karena partikel-partikel mikro/nano itu. Bukan karena cahayanya," ujar Marufin.(*)