“Ini pilihan yang harus ditempuh. Teknologi ini butuh awan, yang kami beri perlakuan sehingga dia jadi hujan. Diharapkan hujan ini akan mampu membasuh asap dan memadamkan api,” ujar Dr. Tri Handoko Seto, M.Sc selaku Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT.
Meski berhasil membuat hujan buatan dari operasi tersebut, kebakaran hutan di Kalimantan Tengah masih belum sepenuhnya teratasi.
Modifikasi cuaca ini menurut Seto masih memiliki kelemahan.
Karena sifat hujan yang cenderung Sporadis membuat air yang dihasilkan tidak bisa sepenuhnya tepat sasaran.
“Kalau modifikasi cuaca, airnya sangat banyak, kelemahannya dia tidak bisa diarahkan persis ke tempat-tempat kebakaran,” jelas Seto.
“Namun, kondisi sekarang hujan di mana pun akan berdampak secara signifikan pada pengurangan kebakaran hutan. Minimal, hujan bisa mencegah terjadinya kebakaran-kebakaran baru,” kata Seto.
BPPT dibantu BMKG menggunakan alat radar cuaca untuk memonitor potensi awan yang dapat digunakan.
Jika awan sudah terbentuk, selanjutnya bahan semai disiapkan, untuk kemudian diterbangkan dengan pesawat TNI AU CN295.
Bahan semai sendiri merupakan garam yang diperlakukan khusus sesuai standar.