Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Bersitegang antara aparat keamanan dan juga pendemo sering terjadi pada saat aksi demonstrasi mulai pecah dan terjadi bentrokan.
Segala cara dilakukan aparat untuk menenangkan pendemo yang chaos.
Mulai melindungi diri dengan rompi anti peluru, helm hingga tameng membentuk barisan formasi hingga menembakkan gas air mata.
Semua itu dilakukan untuk memukul mundur pendemo dan meredam chaos.
Seperti yang terjadi pada saat aksi demonstrsi mahasiswa menolak Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) dan pengesahan revisi Undang-undang KPK terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Dikabarkan di beberapa daerah aksi demonstrasi mahasiswa terebut berujung dengan bentrokan dengan aparat keamanan.
Aparat keamanan pun terpaksa menembakkan gas air mata yang sukses membuat banyak mahasiswa yang tengah berdemo kocar-kacir.
Pasalnya efek asap yang mengandung zat kimia Ortho Chlorobenzylidene Malononitrile itu mampu membuat mata perih.
Di antara jenis senjata gas air mata yang ada, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kerap menggunakan buatan Perancis yang bernama Verney Carron Tear Gas.
Melansir dari laman resmi verney-carron.com, dilihat dari namanya, benda satu ini merupakan peluncur gas yang efektif digunakan untuk menghalau demonstran saat terjadi kericuhan.
Baca Juga: Sudah Senior, Iwan Fals Kini Justru Ngaku Pengen Jadi Mahasiswa Lagi Gara-gara Demonstrasi
Karena dinilai sangat ringkas dan cukup efektif di lapangan, inilah spesifikasi dari Verney Carron yang jadi andalan polisi Indonesia.
Polis Indonesia lebih suka menggunakan Verney Carron karena memiliki kaliber besar dibandingkan senjata lainnya.
Saat digunakan, pelontar gas air mata buatan Perancis ini memiliki kaliber ukuran 44 milimeter.
Ukuran kaliber tersebut membuat daya jangkau dari senjata menjadi lebih luas.
Senjata dengan kode Lanceur De 40 dirancang untuk penegakan hukum dan mengendalikan wilayah yang terdampak kerusuhan.
Ada dua jenis pelontar gas air mata Verney Carron yang digunakan oleh pihak kepolisian.
Pertama, tipe Flas Ball Maxi (FBM) yang berukuran besar, berlaras ganda berdampingan tanpa popor dan masing-masing memiliki pelatuk sendiri.
Kedua, merupakan varian Flash ball Super Pro (FBSP) yang berbentuk seperti pistol dua laras dengan posisi bertumpuk dan ditembakkan secara bergantian.
Penggunaan amunisinya sendiri biasanya memakai jenis standar dan dispersal.
Sementara isi peluru gas air mata dilansir dari HelloSehat adalah lacrimator.
Salah satu dari kelompok zat yang mengiritasi selaput lendir mata, menyebabkan sensasi menyengat dan masalah lainnya.
Ada tiga macam gas air mata yang saat ini umum digunakan, baik oleh individu maupun aparat keamanan.
Dilansir dari Hello Sehat, ketiganya antara lain CS (chlorobenzylidenemalononitrile), CN (chloroacetophenone), dan semprotan merica.
Dalam satu kaleng gas air mata, terdapat beberapa kandungan, antara lain arang, potasium nitrat, silikon, sukrosa, potasium klorat, magnesium karbonat, dan O-Chlorobenzalmalononitrile.
Efek dari zat-zat yang terkandung dalam gas air mata memicu peradangan pada selaput lendir mata, hidung, mulut, dan paru-paru.
Secara umum, gas air mata tidak mematikan namun ada yang beracun.
Biasanya, efek akan timbul sekitar 30 detik setelah terkena gas.
Gejala setelah terkena gas air mata antara lain sensasi panas terbakar di mata, produksi air mata berlebihan, penglihatan kabur, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.
Selain itu, juga akan mengalami air liur berlebihan, iritasi kulit, bersin, batuk, hidung berair, terasa seperti tercekik, kebingungan dan disorientasi yang memicu kepanikan, kemarahan intens.
Bahkan, bila sudah terkontaminasi gas air mata secara berat juga dapat menimbulkan muntah serta diare.(*)