Menurut pengakuan Harmoko, Mbah Sadinah memang hidup sebatang kara tanpa suami dan anak.
Kehidupannya di bawah garis kemiskinan membuat nenek ini ulet bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setiap hari, Mbah Sadinah bekerja mencari sisa gabah petani yang habis panen.
"Selain ngasak gabah, beliau juga kadang disuruh mijat atau bikin keripik gadung. Orangnya ulet dan tidak mau menyusahkan orang lain," imbuhnya.
Melihat hidup Mbah Sadinah, Harmoko sebagai tetangga merasa trenyuh saat nenek tersebut menjual tiga sendoknya untuk membeli beras.
Harmoko yang ditawari pun menolak penjualan sendok Mbah Sadinah.
Ia justru memberikannya beras secara cuma-cuma untuk dimasak.
Warga desa, menurutnya, tak kurang memberikan perhatian kepada Mbah Sadinah.
Namun dia mengkau tidak tahu untuk kebutuhan apa sehingga Mbah Sadinah harus menjual sendok miliknya.