Ade Irma justru terkena tembakan peluru dan kondisinya bersimbah darah.
"Mama sambil menggendong adik yang sudah berdarah, membawa Ayah ke situ (menunjuk tembok pembatas ke arah Kedutaan Besar Irak).
"Di situ, Ayah sudah naik terus mau turun lagi.
Baca Juga: Jadi Janda Pengusaha Kaya, Ririn Ekawati Justru Tolak Warisan Mendiang Sang Suami, Ada Apa?
"Lalu Mama bilang, 'Sudah, jangan pikirkan kita kamu yang dicari!'," kata Yanti menirukan ucapan ibunya.
Johanna yang saat itu masih memeluk Ade Irma yang bercucuran darah pergi menjauh dan meraih telepon untuk menghubungi Mayjend Umar Wirahadikusumah.
Namun sambungan telepon diputus, dan Johanna akhirnya bertemu dengan Tjakrabirawa yang mencari AH Nasution.
"Pak Nasution sudah 2 hari tidak di rumah!" kata Johanna kepada Tjakrabirawa.
Tjakrawibawa yang sudah berangsur pergi kemudian membuat Johanna mampu membawa Ade Irma ke RSPAD.
Yanti bersembunyi selama beberapa jam hingga akhirnya menyusul ibundanya ke RSPAD.
"Saya lihat adik saya di situ, sudah berdarah-darah.
"Terus saya lihat dia, saya menangis, dia bilang, 'Kakak jangan menangis'.
"Terus dia tanya sama ibu saya, 'Mama, kenapa Ayah ditembak?'
"Itu yang terakhir saya lihat," kenang Yanti di hari meninggalnya sang Adik.
Di hari itulah Ade Irma Suryani yang masih berusia 5 tahun jadi korban termuda keganasan peristiwa G30S/PKI.
(*)
Source | : | YouTube,Grid.id |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar