Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - Peristiwa G30S/PKI tentu saja meninggalkan luka bagi para keluarga korban.
Salah satu kisah pilu muncul dari keluarga AH Nasution yang menjadi korban keganasan peristiwa tersebut.
Di malam berdarah tersebut, AH Nasution yang hampir saja jadi korban namun malah putri bungsunya sendiri yang harus tewas akibat kejadian tersebut.
Putri bungsu AH Nasution yang bernama Ade Irma Nasution harus menjadi korban termuda dari tragedi tersebut.
Kakak kandungnya, Yanti Nasution yang selamat dari peristiwa tersebut menceritakan kembali kisah pilu keluarga melewati kejadian G30S/PKI.
Dikutip Gridhot dari Grid.ID, Yanti Nasution menceritakan kisah tersebut dalam sebuah wawancara brsama iNews.
Yanti Nasution menceritakan detik-detik penyerbuan Tjakrabirawa ke rumahnya pada malam berdarah tersebut.
Saat itu keluarga kecilnya sedang tertidur lelap hingga akhirnya terbangun akibat banyaknya nyamuk.
"Kebetulan, ada nyamuk, Mama sama Ayah terbangun.
"Kebetulan persis pada saat itu, bunyi pintu depan itu dibuka orang.
"Lalu Mama lihat, mengintip, terus Mama lihat Tjakrabirawanya masuk," cerita Yanti mengawali kisah penyerbuan di rumahnya.
Meski pintu sudah tertutup rapat, pasukan Tjakrawibawa tetap nekat menggedor-gedor pintu rumah menggunakan senjata yang mereka bawa.
Johanna Sunarti yang merupakan istri AH Nasution sempat menahan suaminya agar tidak melawan pasukan tersebut.
Namun AH Nasution tetap nekat membuka pintu dan malah terkena tembakan pasukan tersebut.
Peluru yang melayang dan menyisakan 5 lubang bekas tembakan di lokasi hampir saja mengenai Johanna.
Keluarga AH Nasution mulai panik, ibunda sang Jenderal menangis karena anaknya hendak dibunuh.
Johanna dengan sigap menyerahkan Ade Irma ke pelukan tantenya, Mardiah.
Mardiah yang nekat membawa lari Ade Irma justru dihujani tembakan oleh para pasukan Tjakrawibawa.
Ade Irma justru terkena tembakan peluru dan kondisinya bersimbah darah.
"Mama sambil menggendong adik yang sudah berdarah, membawa Ayah ke situ (menunjuk tembok pembatas ke arah Kedutaan Besar Irak).
"Di situ, Ayah sudah naik terus mau turun lagi.
Baca Juga: Jadi Janda Pengusaha Kaya, Ririn Ekawati Justru Tolak Warisan Mendiang Sang Suami, Ada Apa?
"Lalu Mama bilang, 'Sudah, jangan pikirkan kita kamu yang dicari!'," kata Yanti menirukan ucapan ibunya.
Johanna yang saat itu masih memeluk Ade Irma yang bercucuran darah pergi menjauh dan meraih telepon untuk menghubungi Mayjend Umar Wirahadikusumah.
Namun sambungan telepon diputus, dan Johanna akhirnya bertemu dengan Tjakrabirawa yang mencari AH Nasution.
"Pak Nasution sudah 2 hari tidak di rumah!" kata Johanna kepada Tjakrabirawa.
Tjakrawibawa yang sudah berangsur pergi kemudian membuat Johanna mampu membawa Ade Irma ke RSPAD.
Yanti bersembunyi selama beberapa jam hingga akhirnya menyusul ibundanya ke RSPAD.
"Saya lihat adik saya di situ, sudah berdarah-darah.
"Terus saya lihat dia, saya menangis, dia bilang, 'Kakak jangan menangis'.
"Terus dia tanya sama ibu saya, 'Mama, kenapa Ayah ditembak?'
"Itu yang terakhir saya lihat," kenang Yanti di hari meninggalnya sang Adik.
Di hari itulah Ade Irma Suryani yang masih berusia 5 tahun jadi korban termuda keganasan peristiwa G30S/PKI.
(*)