Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Gereja Katolik Indonesia pada Minggu (1/9/2019) telah merayakan sebuah momen bersejarah.
Momen tersebut yaitu diangkatnya Uskup Agung Jakarta, Indonesia Mgr.Idnatius Suharyo Hardjoatmojo menjadi Kardinal oleh Paus Fransiskus.
Monsignor (Mgr) Suharyo ditetapkan bersama 12 calon lainnya, dan diumumkan ketika Doa Malaikat Tuhan (Angelus) yang digelar pukul 12.00 siang waktu setempat.
Melansir dari Kompas.com, Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Romo Adi Prasojo Pr menjelaskan bahwa Uskup Ignatius Suharyo menjadi kardinal ketiga yang pernah dimiliki Indonesia.
Kardinal pertama adalah Justinus Darmojuwono yang dilantik pada 1967 di sela pengabdiannya sebagai Uskup Agung Semarang periode 1963 sampai 1981.
Kardinal kedua adalah Julius Darmaatmadja yang ditunjuk sebagai kardinal pada 1994 sebelumnya merupakan pendahulu Mgr Ignatius Suharyo pada periode 1996 sampai 2010.
Romo Adi juga menuturkan "Sebab, Kardinal dipilih untuk melayani umat negara itu," terangnya.
Apalagi, jabatan Kardinal atau Pangeran Gereja merupakan posisi yang unik dan khas karena bisa dipilih atau pun memilih untuk menjabat sebagai Paus.
"Selain itu, penunjukan beliau juga menunjukkan pentingnya Indonesia di mata Vatikan. Terutama dalam konteks keberagaman dan toleransi," tambah Romo Adi.
Hingga akhirnya pada Sabtu (5/10/2019), Mgr Ignatius Suharyo pun resmi dilantik oleh Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus, Roma, Vatikan bersama 12 calon lainnya.
Melalui Kompas.com, telah dirangkum beberapa fakta sosok Mgr Ignatius Suharyo yang pada dua hari kemarin telah resmi diangkat menjadi kardinal.
1. Asli putra Yogyakarta
Mgr. Ignatius Suharyo lahir di Sedayu, Bantul, Yogyakarta pada 9 Juli 1950.
Ia merupakan Putra pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra.
Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang religius.
2. Cita-cita awalnya bukan menjadi Pastor.
Ignatius Suharyo kecil sempat bersikukuh tidak mau menjadi pastor.
Sementara, sang kakak, almarhum RP Suitbertus Ari Sunardi OCSO, masuk seminari hingga akhirnya menjadi pastor pertapa di Pertapaan Trappist Rawaseneng, Jawa Tengah.
Pada Harian Kompas, 3 Februari 2016, dituliskan Suharyo kecil justru bercita-cita menjadi polisi sebelum ada seorang pastor yang kemudian mengubah keinginannya.
Pastor tersebut menghampiri Suharyo dan menawarkan apakah dia mau menjadi pastor atau tidak.
Suharyo akhirnya menyatakan "iya" kepada pastor tersebut.
3. Jalan pendidikannya menjadi pastor.
Pada tahun 1961, Suharyo masuk Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang, Jawa Tengah.
Ia sudah mulai tekun dengan keinginannya menjadi imam yang religius.
Keinginan tersebut muncul mungkin karena terinspirasi dari sang kakak.
Setelah itu, karena ingin menjadi pastor diosesan/praja, Suharyo memutuskan untuk masuk Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Yogyakarta.
"Tujuan saya menjadi imam praja adalah sangat sederhana, supaya bisa menjadi pastor paroki," kata dia.
Pada 26 Januari 1976, Suharyo diminta untuk melanjutkan studi ke Roma, Italia, setelah sebelumnya ditahbiskan menjadi imam diosesan.
Ia mampu menyelesaikan studi doktor Teologi Biblis di Universitas Urbaniana pada 1981.
Sepulangnya ke Indonesia, Suharyo berpikir bahwa cita-citanya sebagai paroki akan sirna karena harus mengajar di seminari tinggi selamanya.
4. Tak jadi pastor paroki.
Kepulangannya ke Indonesia usai studi Suharyo justru ditunjuk menjadi Uskup Agung Semarang menggantikan Mgr Julius Darmaatmadja SJ yang pindah ke Keuskupan Agung Jakarta oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II.
Pada 22 Agustus 1997, Suharyo ditahbiskan sebagai Uskup Agung Semarang.
Perjalanan Suharyo berlanjut saat ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Jakarta pada 29 Juni 2010, menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ yang pensiun pada Juli 2009.(*)