Karena hari-hari Shanina di garis depan dan tembakan yang datang tak ada habisnya, catatan hariannya menjadi semakin sedih.
“Saya hampir muntah di semua bagian tubuh, lapar, semua orang melemparkan umpatan kotor. Melelahkan sekali."
Kematian datang terlalu cepat, pada 27 Januari 1945, dua tentara menemukannya terluka dengan tembakan peluru di dada dan terlambat untuk diselamatkan.
Sebagai penembak jitu Soviet wanita pertama yang dianugerahi Order of Glory dan salah satu penembak jitu Soviet yang paling mematikan dari Perang Dunia II.
Sebagai seorang remaja yang beranjak dewasa, Shanina jelas mengalami masa jatuh cinta.
Dan dia jatuh cinta pada seorang pria bernama Nikolai, pria biasa yang menurut Shanina tidak bersinar dalam hal apa pun tapi dia menyukainya.
"Aku tidak berpikir lebih, tidak pula menginginkan pernikahan. Ini bukan waktunya dan aku masih harus berada di medan perang," begitu bunyi tulisanbuku hariannya.
Kisah cintanya kandas begitu saja karena Nikolai tidak mau menerima Shanina yang seorang penembak jitu.
Shanina begitu patah hati. Dia merasa tidak lagi berguna bagi siapa pun saat itu.