[Kapan?] balasku singkat.
[Besok malam, Sayang. Tunggu aku ya!]
Kutelepon dia, masih tak diangkat. Lalu kuhujani mas Arif dengan pesan singkat.
[Kirim tiket mu!]kukirim berulang pesan itu hingga dia merespon.
[Citilink 24/2, jam 17.00. Tunggulah di rumah! Isya nanti, aku sudah di rumah, Mbi] jawabnya.
Suasana hening di mobil. Dia menyetir dan aku duduk dikursi penumpang menatap jalan, tapi pikiranku entah kemana.
"Mau makan?"
"Kamu darimana?" jawabku.
"Ok. Kita bicara di rumah, ya."
Setiap dia membuka percakapan aku terus menjawabnya dengan kalimat yang sama.