Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang
Gridhot.ID - DKI Jakarta kini menjadi sorotan seluruh publik tanah air.
Pasalnya, terbongkar anggaran janggal yang memiliki nilai yang dianggap tak wajar.
Anggaran siluman tersebut terbongkar saat para anggota DPRD DKI Jakarta menyisir dokumen Kebijakan Umum Anggaran-Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020.
Dikutip Grihdot dari Kompas.com, kini muncul lagi kejanggalan baru.
Ima Mahdiah yang merupakan politisi muda dari Fraksi PDIP kembali membongkar kejanggalan tersebut.
Ima yang berada di Komisi R mengurusi bidang pendidikan mengungkapkan adanya anggaran untuk pembelian pasir.
Pembelian pasir tersebut dituliskan membutuhkan anggaran sebanyak Rp 52 miliar.
Dikutip Gridhot dari Kompas TV, Ima menyusuri data tersebut bersama para anak magang.
"Kita masih menelusuri aku dibantu sama tim penyisir anak magang Fraksi PDI-P, nemuin hal-hal seperti contohnya pasir aku pikir ini kan bukan rehab. Di luar dari rehab ini bantuan BOP BOS itu kita telusuri," kata Ima saat ditemui di ruangannya di lantai 7 Gedung DPRD DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (7/11/2019).
Ima yang merupakan mantan staf Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat menjadi gubernur mengungkapkan adanya anggaran pasir yang justru dimasukkan sebagai alat peraga sekolah.
"Ini pasir di situ tertulisnya untuk alat peraga sekolah. Totalnya Rp 52 miliar buat apa itu? Dia di SMKN (jurusan) bisnis manajemen. Memangnya bisnis manajemen ada pasirnya?" kata dia.
Anggaran pasir tersebut juga masuk dalam Biaya Operasional Pendidikan SMP dan SMK.
"Jadi pasir itu adanya di koloman aja di penyediaan BOP SMPN terus ada di BOP SMK jurusan bisnis manajemen terus ada lagi di BOP SMK teknologi pengadaan pasir ini nih. Terus ada lagi di wajib belajar 12 tahun, enggak tahu apa yang digunakan dari pasir," tutur dia.
Tak hanya pasir, dirinya juga menemukan anggaran janggal lain seperti tiner, helm proyek, dan tipex.
"Ada tiner, ada helm proyek, terus ada penghapus cair. Ini setelah Pak Anies marah-marah ya, jadi bukannya sebelum Pak Anies marah-marah terus kita soroti lagi. Ada cat tembok, kaca bening, Rotring, penghapus cair atau Tipp-ex," ungkapnya.
Ima mengatakan kalau cat tembok dan tinner memang sudah ada anggarannya namun seharusnya dibuat terpisah.
"Terus cat tembok buat apa? Kan sudah ada renovasi sekolah sih aku enggak tahu juga berapa triliun buat renovasi,"
"Itu yang nanti mau kita pertanyakan di pembahasan RAPBD, mungkin di Banggar, juga nanti Komisi sudah selesai," kata dia.
Ima kemudian mempertanyakan kenapa beberapa anggaran alat seperti pulpen dan tippex tidak dimasukkan dalam anggaran Kartu Jakarta Pintar.
"Kalau dulu enaknya semua ini dijadiin 1 yaitu KJP. Kenapa enggak dimasukkin ke KJP. Jadi kadang siswa siswi ini enggak butuh pulpen, tapi butuh buku atau bisa ditabung uangnya untuk beli laptop karena dulu filosofi dari KJP itu kita mendidik siswa agar mau menabung," katanya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Kompas TV |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar