Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega
Gridhot.ID -Kiprah Erick Thohir sebagai Menteri BUMN selalu berhasil menarik perhatian publik.
Apalagi setelah Erick Thohir menunjuk Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina dan mencopot jabatan Ari Askhara dari Direktur Utama Garuda Indonesia.
Keputusan yang dibuat oleh Erick Thohir itu pun banyak mendapat dukungan dari banyak pihak.
Pasalnya, Erick kini tampaknya tengah gencar bersih-bersih perusahaan plat merah.
Tak hanya Erick, sang kakak yang bernama Garibaldi Thohir juga tengah menjadi sorotan.
Nama Garibaldi Thohir alias Boy Thohir sendiri sudah tak asing lagi dalam dunia usaha.
Anak dari salah satu pendiri Astra Muhammad Teddy Thohir ini merupakan kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Dikutip Kompas.com dari Forbes Senin (9/12/2019), pria berusia 54 tahun ini masuk sebagai orang terkaya di Indonesia di urutan ke-17.
Total kekayaannya tercatat sebesar 1,6 miliar dollar AS atau setara Rp 22,4 triliun.
Sumber kekayaan terbesarnya berasal dari PT Adaro Energy.
Boy Thohir sendiri merupakan Presiden Direktur dari PT Adaro Energy Tbk.
Meski swatsa, Adaro sejauh ini jadi perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia.
Tahun 2005, Boy bersama Sandiaga Uno, Theodore Rachmat, dan Soeryadjaya membentuk konsosium untuk mengambil alih saham Adaro Energy dari perusahaan asal Australia.
Pembelian Adaro jadi titik balik Boy dalam pencapaian bisnisnya.
Dalam kurun waktu beberapa tahun, Adaro menjelma jadi produsen batu bara terbesar di Indonesia menggeser PT Kaltim Prima Coal.
Tahun 2008, Adaro resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Produk batu bara Adaro dinilai membawa konsep ramah lingkungan dengan brand Envirocoal.
Kiprah bisnisnya tak hanya berkutat di batu bara.
Boy juga tercatat sebagai pemilik perusahaan pembiayaan WOM Finance, operator perusahaan air minum, hingga jaringan restoran Hanamasa.
Di Jakarta, bisnis Boy juga terbilang besar.
Lewat Grup Wahana Artha, perusahaannya menjadi pemegang main dealer yang mendistribusikan motor merek Honda.
Kendati demikian, riwayat bisnisnya tak selamanya mulus.
Boy yang menyandang gelar MBA dari Northrop University Amerika Serikat, memulai kariernya dengan bergabung di Astra, perusahaan yang dirintis ayahnya.
Berbekal pengalaman di Astra, Boy mencoba peruntungan dengan terjun ke bisnis properti.
Boy membeli tanah di kawasan Kasablanka, Jakarta.
Sayang, usaha propertinya tak berjalan mulus. Perusahaan propertinya lantas dijual ke ayahnya.
Tahun 1992, Boy mulai melirik bisnis batubara yang dianggapnya sangat cerah.
Boy membeli perusahaan batu bara di Sawahluntio, PT Allied Indo Coal.
(*)