Reaksi tidak perlu ini yang ditakutkan akan terus muncul karena apa yang dilakukan Nadiem bisa dibilang di luar kebiasaan.
"Misal pejabatnya biasa rapi, formal menyambut Pak Nadiem bergaya seperti itu jadi canggung, dan lain sebagainya. Kunjungan berikutnya semua jadi bingung, 'Saya pakai apa ya?', jadinya itu yang diributkan. Bukan laporan atau hal-hal penting lainnya," katanya.
Lulusan Drexel University Philadelphia tersebut mengatakan ada resiko di balik fashion yang digunakan para pejabat.
Posisi Nadiem sebagai pejabat negara memang harus pula memperhatikan faktor busananya karena akan menjadi panutan masyarakat.
"Jadi visualisasi diri melalui busana juga menjadi catatan yang amat sangat penting. Sebab, dari situ kita bisa melihat apakah seseorang pandai beradaptasi, buta fashion, sadar fashion, itu semua kelihatan," kata Musa.
Musa kemudian mencontohkan gaya Presiden Jokowi yang kini makin terstruktur meski sering terlihat tampil kasual.
"Jadi bisa menempatkan kapan dia pakai kemeja putih, hitam, kemeja batik, baju daerah, kapan baju jas resmi, itu kelihatan sekali."
"Saya lihat makin ke sini Pak Jokowi juga makin beragam, batiknya pun motifnya makin beragam," tuturnya.
(*)