"Disitu saya mengambil keputusan serius dan berisiko menutup semua prostitusi satu per satu," kata Risma di ATO Congresium, Ankara Turki.
Risma bercerita, penutupan eks lokalisasi mulai dilakukan sejak tahun 2012 secara bertahap.
Selain memikirkan proses penutupan, lanjut Risma, pihaknya juga memberikan solusi bagi warga terdampak, mulai dari pekerja seks, mucikari, penyanyi karaoke hingga tukang parkir.
Menurut Risma, penutupan itu juga sebagai upaya menekan trafficking di Surabaya.
Sebab, hampir tiap bulan, ia harus bekerja dengan pihak kepolisian untuk menangani kasus perdagangan manusia yang melibatkan perempuan dan anak-anak.
Risma menjelaskan, setelah pihaknya melakukan kajian terhadap kasus trafficking, ditemukan akar persoalannya.
Salah satunya, karena terdapat enam lokalisasi di Surabaya.
Namun, Risma memastikan, setelah lokalisasi ditutup enam wilayah eks lokalisasi itu telah berubah.