Gridhot.ID - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Keseharan disebut masih berhutang dengan ribuan rumah sakit di Indonesia.
Siapa sangka kalau dampak hutang ini ternyata berimbas juga kepada para pasien rumah sakit.
Salah satunya yang terjadi di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dimana rumah sakit tersebut kesusahan untuk mendapatkan obat dan alat kesehatan.
Sehingga harus meminjam dana terlebih dahulu kepada bank atau terpaksa memulangkan pasien karena perlengkapan yang tidak tersedia.
"Kita direpotkan sekali karena kasus-kasus keterlambatan atau kurang bayar dari BPJS. Kita harus menghadapi vendor. Kita sampai harus menghentikan beberapa pelayanan, pasien harus dipulangkan karena tidak jadi operasi. Tidak ada obat bius," ujar Direktur Utama RSCM, dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS.
Lebih lanjut, dr Lies mengungkapkan dilema yang sering ia hadapi.
Di satu sisi ia harus memastikan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) tetap berjalan, namun di sisi lain ia juga harus mendapatkan obat, alat kesehatan, dan juga bisa membayar karyawan non-PNS.
Meski bunga pinjaman bank dibayarkan oleh pihak BPJS Kesehatan, dr. Lies menyebut pihak RSCM tetap saja merugi.
"Pada waktu itu kami rugi. Jadi yang disepakati oleh BPJS nilainya berapa, ketika BPJS mau bayar dendanya, nominalnya beda. Bank itu 180 juta, sedangkan BPJS 114 juta. Kami rugi 66 juta, kita utang kita rugi," keluhnya.