Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia memang belum merata hingga ke seluruh daerah.
Hal tersebut menjadi sebuah permasalahan terutama pada akses penghubung antar daerah.
Selain itu permasalahan belum meratanya infrastruktur jalan bisa memengaruhi faktor-faktor lain yang dinilai penting untuk masyarakat.
Permasalahan inilah yang sedang dihadapi beberapa daerah di Papua.
Salah satunya adalah Kecamatan Ilaga, Papua.
Ilaga merupakan ibu kota kabupaten tertinggi di Indonesia.
Daerah ini berada di pegunungan yang mempunyai suhu cukup dingin.
Melansir dari Antaranews.com, Kecamatan Ilaga masih mengalami kekurangan dalam infrastruktur jalan darat.
Tidak adanya jalur transportasi darat ke Kecamatan Ilaga, Papua membuat harga serba mahal.
Bahkan harga satu sak semen di Ilaga bisa mencapai Rp 2 Juta.
"Kehidupan di sini harganya lima kali lipat dari Surabaya, karena memang satu-satunya transportasi ke Ilaga hanya bisa melalui pesawat terbang, kami minta perhatian juga dari pemerintah pusat untuk masyarakat Ilaga, pembangunan harus jalan terus," ungkap Bupati Kabupaten Puncak, Willem Wandik.
Masyarakat di Ilaga rata-rata bekerja sebagai petani.
Untuk mendapatkan perlengkapan bertani, mereka harus membeli ke daerah terdekat yaitu Kabupaten Timika dengan menggunakan pesawat.
Sementara berdasarkan pengamatan antaranews.com, medan di daerah Ilaga memang hanya bisa ditempuh menggunakan pesawat perintis.
Tata letak geografis yang berbukit-bukut memungkinkan pembangunan jalan darat belum bisa direalisasikan.
Jika akan melakukan pembangunan, setidaknya membutuhkan perlengkapan lebih.
Hal ini menjadikan tingginya harga barang kebutuhan menjadi sebuah kewajaran.
Untuk harga makanan golongan tertinggi, satu porsi mi instan bisa mencapai Rp 30 ribu.
Kemudian empat jerigen minyak goreng dihargai senilai Rp 800 ribu.
Untuk menghemat pengeluaran, masyarakat Ilaga memanfaatkan ubi sebagai kebutuhan pangannya.
Selain itu ubi juga menjadi jenis produk pertanian yang paling banyak diproduksi.
Masyarakat lokal mayoritas juga beternak babi untuk menunjang kebutuhannya.
Harga seekor babi besar senilai Rp 30 juta.(*)