Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pernah Jadi Tawanan Jepang dan Inggris, Inilah Sepak Terjang D.N Aidit di Dunia Politik, Sebut Kekuatan Terbesar PKI Berada di Tangan Rakyat

None - Jumat, 03 Januari 2020 | 20:35
Sedikit tentang Dipa Nusantara Aidit: Mozaik di Luar Politik
Moh Habib Asyhad

Sedikit tentang Dipa Nusantara Aidit: Mozaik di Luar Politik

Rupanya, jawaban itu didapatkan Bung Aidit dari ayahnya.

Ayah Bung Aidit bernama Abdullah Aidit, seorang buruh perkebunan tamatan sekolah HIS.

Baca Juga: Himbau Tak Cari Kambing Hitam, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan: Tidak Usah Menyalahkan Hujan, Menyalahkan Orang

Abdullah suka membaca surat kabar. Kepada anak-anaknya, Abdullah bercerita tentang pemimpin-pemimpin masa itu seperti Soekarno, Hatta, pemuka-pemuka lain yang banyak dibuang ke Digul. Menurut Abdullah, orang-orang itu adalah orang pandai-pandai.

Sementara itu, mengenai tempat tanggal lahir, Bung Aidit ternyata lahir di Medanpada tanggal 30 Juni 1923.

Namun demikian, Bung Aidit menamatkan sekolah dasarnya di Blitung.

Saat di Blitung, Bung Aidit bersama teman-temannya kerap masuk ke tambang sampai 200 m di bawah tanah. Kontras antara kehidupan buruh dan majikan berkesan padanya.

Baca Juga: Asyik Karaokean di Malam Tahun Baru, Remaja Wanita Ditemukan Terbujur Kaku di Ruang Tamu, Tangan Kiri Gosong Memegang Mikrofon

Begitu pula nasib yang dialami ayahnya. Sekalipun pendidikannya lebih tinggi, ia tetap buruh, sedangkan kepalanya, orang Belanda yang lulus sekolah dasar saja tidak, lagi tolol dalam pekerjaan.

Oleh anaknya, Abdullah dilukiskan sebagai seorang Muslim liberal. Liberal dalam arti membiarkan anak-anaknya memilih ideologi, lapangan hidup, dan kawan hidup menurut kehendak mereka sendiri-sendiri.

Sekitar tahun 1937, Bung Aidit pergi di Jakarta, masuk sekolah dagang sambil mengikuti kursus bahasa-bahasa asing.Namun karena biaya macet, sekolahnya tidak sampai tamat.

Bung Aidit suka sekali ke museum membaca buku-buku.Ganyangannya buku-buku sosiologi dari penulis-penulis bukan Marxis, Adler, Vierkandt, Max Weber, Le Bon, Rolandhols, dan Kautzky.Sebab, pandangan mereka tak memuaskan hatinya. Berbedahalnya saat dia membaca buku Manifesto Komunis dan buku-buku Marx dan Lenin lainnya.

Source : intisari online

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x