Ilham Setiadi misalnya, pegawai salah satu instansi vertikal yang baru ditugaskan di Natuna ini mengaku senang bisa mengunjungi masjid Agung.
“Masjidnya besar dan bagus. Kebetulan saya baru dua hari ditugaskan di Natuna dari Lampung,” ujar Ilham.
Masjid Agung Natuna
Namun kendati di bangun dengan megah, mesjid ini jarang sekali terisi penuh saat kegiatan keagamaan karena kapasitasnya sangat besar. Bahkan saat momen salat Idul Fitri sekalipun.
Syafwan, warga Ranai yang biasa menjadi jamaah masjid saat Salat Jumat berharap mesjid ini bisa lebih difungsikan dengan peningkatan intensitas kegiatan di dalamnya.
“Mungkin belum ramai. Apalagi masjid di Ranai banyak. Masyarakat biasanya mencari lokasi terdekat untuk beribadah. Kalau di Masjid Agung setidaknya kita pakai kendaraan masuk ke dalam dari Jalan. Mudah-mudahan intensitas kegiatannya bisa lebih banyak dan mesjid ini bisa semakin diramaikan oleh jemaah dari penjuru Ranai,” kata Syafwan.
Satu barisan shaf di dalam masjid ini cukup untuk memuat hingga 180 jemaah.
Ornamen pintu Masjid Raya Natuna mengambil inspirasi dari Al’quran. Kubahnya mirip kubah Taj Mahal di India. Makna dekoratif yang muncul dari bangunan mesjid ini memperlihatkan bahwa gedung tersebut adalah bangunan Islami. Masjid Raya Natuna memiliki ruang dalam yang sangat luas.
Dari data yang dirilis Wikipedia, bagian tengahnya diterangi oleh cahaya alami yang bersumber dari kubah masjid. Bagian tepi pada lantai satu yang terteduhi lantai dua cukup gelap. Untuk meneranginya dibuat bukaan berupa karawang yang terletak di atas pintu masuk yang memilliki dimensi cukup besar. Ruangan pada bagian ini diterangi oleh sedikit cahaya dari atas layaknya ruang-ruang gotik. Dari segi bentuk, pintu masuk ini memiliki geometrika lengkung yang bagian atasnya lancip.
Dua pintu utama yang terletak di sisi kiri dan kanan gedung menghadap ke kiblat, nampak mengarahkan nuansa ruang itu menjadi terfokus pada sumber yang seakan nampak ibaratkan cahaya Ilahi.