Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Perairan Natuna Indonesia dikabarkan semakin memanas keadaannya.
Semua berawal akibat adanya kapal coast guard Tiongkok yang berjaga di perairan Natuna.
Tak hanya itu, Sejumlah kapal asing penangkap ikan milik China diketahui memasuki Perairan Natuna, Kepulauan Riau, pada 19 Desember 2019.
Kapal-kapal China yang masuk dinyatakan telah melanggar ZEE Indonesia dan melakukan kegiatan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) fishing. Selain itu, Coast Guard China juga dinyatakan melanggar kedaulatan di perairan Natuna.
Kementerian Luar Negeri Indonesia hingga melayangkan protes keras terhadap China terkait kapal ikan yang memasuki perairan Natuna.
Selain itu juga dilakukan pemanggilan Duta Besar China untuk Indonesia.
Namun peringatan itu sepertinya tak digubris oleh pemerintah Tiongkok.
Mereka tetap saja memancing sekaligus melakukan intervensi untuk masuk ke wilayah perairan terluar Indonesia yaitu Natuna.
Ternyata sistuasi panas ini tak hanya merepotkan pemerintah Indonesia untuk bersiap-siap menghadapi situasi terburuk.
Para penduduk Natuna yang mata pencahariannya sebagian besar adalah nelayan juga merasa takut.
Melansir dari Antaranews.com, Ketua Nelayan Lubuk Lumbang, Kabupaten Natuna, Kepri, Herman membenarkan anggotanya takut untuk melaut usai masuknya kapal nelayan asing (KIA) di laut Natuna beberapa hari belakangan ini.
Herman menyampaikan nelayan lokal sempat terganggu bahkan di usir oleh KIA saat sedang melaut.
"Benar, sebagian nelayan khawatir melaut, karena mereka berpikir akan ada ancaman oleh nelayan asing. Nelayan saya kalau di laut tidak berani tidur saat istirahat, sebab khawatir ditabrak nelayan asing," kata Herman dihubungi di Natuna, seperti dikutip Antara, Jumat (3/1/2020).
Pihaknya pun berharap kehadiran kapal pengawas Indonesia turut hadir mengawasi aktivitas para nelayan Natuna, sebagai mana yang dilakukan kapal pengawas negara asing terhadap nelayan mereka.
Dia mengharapkan paling tidak nelayan Natuna harus dibekali alat komunikasi khusus saat melaut, agar mudah dipantau terutama oleh pihak berwajib.
"Kalau coast guard mereka melakukan itu, kenapa kita tidak. Lakukan hal yang sama agar nelayan kami juga aman melaut," ujarnya.
"Saya akan coba usulkan lagi bantuan ke pihak terkait, agar nelayan kita dibekali dengan sarana atau alat HT," imbuh Herman.
Selain itu, Herman juga mengimbau kepada semua nelayan supaya tidak takut melapor jika mendapat ancaman dari nelayan asing.
Pihaknya mengucapkan terima kasih kepada TNI AL, Bakamla dan KKP yang telah bertindak cepat menanggapi laporan masyarakat atas masuknya kapal ikan asing di laut Natuna.
"Kita apresiasi, tidak lama setelah viral masalah ini, pihak keamanan langsung bertindak," tuturnya.
Sementara itu, pengendalian operasi siaga tempur telah disiapkan di bawah pimpinan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I, Laksamana Madya Yudo Margono.
Sejumlah alutsita termasuk pesawat intai dan kapal sudah siaga di wilayah Perairan Natuna.
Melansir dari akun Instagram @infokomando, telah diunggah sebuah potret dimana apel telah digelar pasukan intensitas operasi rutin TNI dalam pengamanan laut Natuna di Paslabuh, Selat Lampa, Ranai, Natuna, Jumat (3/1/2020).
Dalam apel ini, kurang lebih sejumlah 600 personel tegap berbaris.
Personel ini terdiri dari 1 Kompi TNI AD Batalyon Komposit 1 Gardapati, 1 Kompi Gabungan TNI AL terdiri dari personel Lanal Ranai, unsur KRI Teuku Umar 385 dan KRI Tjiptadi 381, Satgas Komposit Marinir Setengar, serta 1 Kompi TNI AU (Lanud Raden Sadjad dan Satrad 212 Natuna).
(*)