GridHot.ID -Soekarno sedang memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka, pada 11 Maret 1966.
Saat itu, situasinya sedang kacau setelah beberapa bulan sebelumnya terjadi peristiwa G30S PKI.
Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Soekarno meminta para menterinya untuk hadir di Istana Merdeka pagi-pagi sekali.
Soeharto yang kala itu masih menjadiPanglima Angkatan Darat juga turut diminta datang.
Namun demikian, Soeharto berhalangan hadir karena sakit.
Rapat pun dimulai pukul 9 pagi, tapi baru sepuluh menit berjalan, Brigjen Sabur yang merupakan komandan Cakrabirawa mengirimkan nota kepada Brigjen Amir Mahmud (Pangdam V Jaya) yang juga ikut rapat.
Nota itu berisi laporan jika ada pasukan liar (tak dikenal) berjumlah banyak mengepung Istana.
Amir Mahmud tak terlalu peduli akan nota tersebut.
Brigjen Sabur lantas memutuskan mengirim nota lagi, kali ini ke Presiden Soekarno.
"Membaca laporan Brigjen Sabur, Soekarno menjadi kalut. Laporan tersebut dilaporkan kepada Wakil Perdana Menteri Dr. Leimena, Dr. Soebandrio, dan Chairul Saleh," tulis Jonar TH Situmorang dalam bukunya Presiden (daripada) Soeharto.
Soekarno pun langsung bergegas meninggalkan rapat setelah sebelumnya menyerahkan kelanjutannya kepada Leimena.
Akan tetapi,para menteri yang melihat perbuatan Soekarno tersebutrupanya ikut panik, sehingga rapat ditutup.
Soebandrio yang saat itu menjabat Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) ikut lari terbirit-birit mengejarSoekarno yang sudah berjalan bersama pengawalnya menaiki helikopter untuk diamankan ke Istana Bogor.
Usut punya usut, pasukan tak dikenal tersebut merupakan para personil Kostrad.
Dalam buku Misteri Supersemar, Kemal Idris yang menjabat sebagaiKastaf Kostrad mengakuinya.
Kemal berujar penggerakan pasukan Kostrad ke Istana atas perintah Soeharto untuk menangkap Soebandrio, bukan Soekarno.
"Saya disuruh Pak Harto. Lalu, saya memerintahkan Sarwo Edhie untuk menggerakkan pasukannya ke istana untuk menangkap Bandrio," kata Kemal.
Menurut Kemal, pasukan Kostrad sebanyak dua kompi (80 personil) itu sengaja tidak memakai badge tanda kesatuan Kostrad supaya Soebandrio tidak ketakutan ketika keluar Istana menemui mereka.
Pengerahan pasukan liar ini dianggap terkait dengan keinginan Soeharto sebelumnya yang ia sampaikan langsung kepada Soekarno soal menteri-menteri yang terlibat G30S akan segera ditangkap.
Tapi Soekarno menolak permintaan Soeharto itu.
Tak hilang akal, Soeharto memerintahkan anak buahnya menyatu sebagai mahasiswa pengunjuk rasa penentang pembubaran PKI untuk menangkap para menteri yang terlibat dengan G30S.
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul "Ketika Soekarno Ketakutan Saat Pasukan Tak Dikenal Mengepung Istana Merdeka"
(*)