Konon sulit sekali menentukan saat persis meninggalnya Rifardi.
Tidak ada tanda kekerasan, meskipun sembap paru (banyak air di dalam paru-paru) pada tubuhnya dianggap sebagai hal yang ganjil. Sebab, kalau terjadi sembap paru, pasti hebat jugapenyebabnya.
"Sembap paru bisa juga karena penyakit. Tetapi, kalau penyakit, prosesnya biasanya berlangsung lambat," kata dr. Budi Sampurna, dokter forensik pada Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, yang mengautopsi jenazah Rifardi.
Baca Juga: Kocak! Colong Honda Jazz di Warung Makan, Saat Kabur, Pria Ini Lupa Mengajak Istrinya
Memang, autopsi saja tidak bisa diketahui penyebab kematianRifandi.
Karena ada data pada bagian lain yang ikut menentukan, antara lain bagian toksikologi untuk mendeteksi jenis obat yang tersisa di dalam tubuh.
Itu sebabnya, kesimpulan overdosis sebagai penyebab kematian, baru keluar 2 sampai 3 minggu kemudian.
Seandainya kasus kematian yang dihadapi semacam kasus pembunuhan pelukis kondang Basoeki Abdullah, November 1993, bagian forensik tidak akanmenemui kesulitan. Korban jelas meninggal karena pukulan benda keras.Meskipun dalam kasus Aldi penentuan sebab kematian menemui kesulitan dan hambatan, ilmu kedokteran forensik tampaknya tidak kehilangan pamor.
Malah bisa dibilang, salah satu bagian pada Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia yang sudah ada sejak 1949 ini belakangan makin marak.