Sang pilot yang nyaris di-walk out, akhirnya bisa terbang kembali. Itulah yang dilakukan Marsekal Pertama TNI dr. H. Raman Ramayana Saman (52), Direktur Kesehatan TNI AU di Markas Besar TNI AU, yang saat itu masih sebagai dokter penerbangan.
Minum pil, wah bahaya!
Dokter yang mempelajari dan menangani kesehatan penerbangan militer dan bergerak di bidang penerbangan militer ini tidak hanya dokter ahli mata, seperti Raman saja. Dokter penerbangan bisa pula seorang dokter umum, dokter gigi, ahli anestesi, ahli bedah, psikiater atau psikolog.
Mereka harus menjalani pendidikan selama enam bulan di Sekolah Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Sekespra) yang kampusnya di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra) Saryanto.
Di sini, mereka menerima pelajaran tentang berbagai aspek kesehatan penerbangan dan ruang angkasa. Setelah lulus, mereka diterjunkan langsung di berbagai skuadron dalam jajaran TNI AU.
Di tempat ini mereka langsung praktek dan menerapkan ilmu. Yang menarik, mereka bisa ikut terbang. "Saya bisa menerbangkan pesawat, gara-garanya ketika di skuadron diajak dan diajari terbang," cerita Raman. Inilah kelebihan dokter penerbangan militer.
Baca Juga: Mangkir Saat Dipanggil Polisi, Siwi Widi Pamer Foto Ini, Kondisi Ibunya Dijadikan Alasan
Di pangkalannya, seorang dokter penerbangan harus selalu mendampingi pilot. Karenanya, ia dituntut untuk selalu sehat. Saat pilot menerima briefing, ia juga harus hadir.
"Para penerbang berlatih melulu, berlatih bertempur di udara, membom, nembak. Jadi saya seperti memelihara petinju-petinju," kenang Raman.
Menjelang penerbang mengangkasa, ia wajib memeriksa kondisi fisik dan mental si pilot. "Kalau sedang pilek, pilot tidak boleh menerbangkan pesawat. Apalagi kalau telah minum pil, wah bahaya, reaksinya jadi lambat!" jelas Raman menggebu-gebu.