Wanita itu, tak lain dan tak bukan adalah potret Ni Rondji, istri Antonio Blanco sendiri.
Meski terkenal dan sering mendapat penghargaan, Antonio Blanco rupanya enggan menjual lukisan-lukisannya.
Pernah suatu ketika Presiden Soekarno sangat menginginkan salah satu lukisan milik Blanco, namun sang maestro menolak memberikannya.
Menurut Mario Blanco, salah seorang putra Antonio Blanco, ayahnya hanya menjual lukisan yang memang ingin dia jual dan pada orang-orang tertentu saja.
Selain Presiden Soekarno, Presiden Soeharto juga termasuk salah seorang pejabat negara yang menyukai karya-karya Blanco.
Nama besar Antonio Blanco yang kala itu tinggal di Ubud rupanya ikut membantu mempromosikan Ubud hingga sempat mendapat julukan sebagai salah satu desa kesenian terindah di dunia.

Museum Blanco
Untuk menghargai jasanya, Raja Ubud dari Puri Saren, Tjokorde Gde Agung Sukawati memberinya hadiah tanah seluas dua hektar.
Di atas tanah inilah Blanco membangun sebuah rumah tinggal dan galeri lukisannya yang saat ini dikenal dengan nama Blanco Renaissance Museum yang dibangun pada tahun 1998.
Antonio Blanco meninggal dunia pada 1999 setelah bergelut dengan penyakit ginjal dan hati.