Ambil contoh Australia yang sudah menerapkan di AU mereka bagaimana peperangan udara masa kini bakal dijalankan.
Australia mengakusisi Boeing 737 Wedgetail, F/A-18 E/F Super Hornet, EA-18G Growler hingga pesawat tempur generasi kelima F-35 Lightning II.
Jika semua unsur udara itu terbang menjalankan operasi militer maka harus diakui akan sulit dihentikan.
Ingat dengan aksi slonong boy coast guard China di Natuna? saat itu selalu memantau pergerakan target dari atas udara menggunakan pesawat Boeing 737-200 Surveillance 'Camar Emas' dari Skadron 5 TNI AU yang perannya hampir mirip dengan pesawat AWACS.
Penting sekali bukan kegunaan pesawat jenis ini.
Terlepas dari itu, penggunaan radar yang ada didaratan untuk mendukung operasi pertahanan udara nasional juga harus dilakukan.
Sekarang Kementerian Pertahanan Indonesia diberi anggaran paling besar dibanding lainnya, apakah pengadaan pesawat ini bisa direalisasikan?(*)
Artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan judul "Walau Punya Su-35 dan Rafale Seabrek Sekalipun, Angkatan Udara Indonesia Tak Akan Maksimal Jika Faktor Ini Tak Dipenuhi"