Menurut Priyanto (59), sangkaan itu muncul kala komp Komaruddin (saat itu berpangkat kapten) pada tahun 1950-an, dikirim ke Malangbong, Garut untuk menumpas pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI TII) pimpinan Sekar Maridjan Kartosoewirjo.
Alih-alih berperang, di Garut Kompi Komaruddin malah kerap ngopi bareng" dengan pasukan DI/TII.
Rupanya Komaruddin merasa jengah berperang dengan para gerilyawan yang sebagian merupakan rekannya saat aktif di Hizboellah.
Malah di antaranya ada juga yang pernah satu perguruan dengannya saat belajar agama dan kanuragaan.
"Akibatnya Mbah Komar dan pasukannya ditarik kembali ke Yogya dan sesampainya di markasnya langsung dipere TII secara massal" ujar lelaki yang masih termasuk cucu dani Komaruddin tersebut.
Dalam bukunya, Daud Sinjal menuliskan ternyata setelah diselidiki tuduhan itu sama sekali tidak benar.
Nama Komaruddin kemudian direhabilitasi dan ia aktif kembai di ketentaraan.
Namun sepertinya upaya rehabilitas tak otomatis membuat karir ketentaraannya menanjak.
Dikisahkan beberapa saat setelah ia mendapat rehabilitasi dan ia aktif kembali di ketentaraan secara resmi.