Selain itu, saat ini China juga sedang dalam situasi tidak sedang perang.
"Ketika melihat perkembangan tidak mungkin ini dibuat secara khusus untuk ke China, karena China tidak sedang perang," terangnya.
"Terus kalau mau bawa, bawa dari mana? Apakah dari Amerika kemana-mana? Baju astronotnya kaya apa? Karena nanti si pembawa ini bisa terserang virus itu sendiri," sambungnya.
Menurutnya, jika virus tersebut merupakan buatan dari manusia dan diperjual belikan, virus tersebut tidak akan ada yang membeli, sebab beresiko besar bagi pembuatnya sendiri.
"Kalaupun itu dibuat mau dijual ke siapa, ngga ada yang mau beli, karena bisa-bisa makan diri sendiri."
"Dengan itu kesimpulannya tidak dibuat, tetapi alamiah yang saat ini sedang dicari mengapa bisa begitu," jelasnya.
Sementara itu, Direktur lembaga Biologi molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio juga menambahkan jika virus tersebut memang suatu yang bukan rekayasa dan bukanlah konspirasi.
Menurutnya, sangat mudah untuk mendeteksi jika virus tersebut adalah suatu rekayasa karena memang setiap mikroba mempunyai identitas.
"Saya mendukung, bahwa ini kecil sekali teori konspirasi, karena saat ini mudah seklai untuk mendeteksi apakah virus ini rekayasa atau asli karena setiap mikroba itu punya identitas," terang Amin.