Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Rahasiakan Pekerjaan dari Keluarga Selama 15 Tahun, Pria Penjual Es Keliling Ini Takut Anak-anaknya Pilih Berhenti Sekolah Hanya untuk Membantunya: Biarpun Saya Bodoh, Mereka Harus Maju

None - Selasa, 11 Februari 2020 | 09:42
Tobiin (54) penjual es kue keliling di Bekasi.
(TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA)

Tobiin (54) penjual es kue keliling di Bekasi.

Baca Juga: Seret Nama Bambang Soesatyo, Kasus Ferrari Merah yang Menunggak Pajak Rp 364 Juta Sempat Menyisakan Misteri, Ketua MPR Langsung Berikan Klarifikasi

"Tapi selama ini keluarga saya enggak ada yang tahu saya kerja apa. Sampai anak pertama dan kedua saya pada kuliah di Jakarta juga saya enggak ngaku kerha apa," ungkap dia.

'Malu', menjadi kata yang selalu keluar dari mulutnya.

Tobiin mengaku profesinya pekerjaan yang saat ini dijalaninya, membuatnya tak percaya diri.

Baca Juga: Arahkan Moncong Meriam ke Istana Negara, Tingkah Kemal Idris Memang Banyak Menimbulkan Kontroversi, Sang Mayor Jenderal Bahkan Harus Meninggalkan Jabatan Militer Lantaran Laporan Orang Lain yang Tak Suka Dengannya

Dirinyakadung takut anak-anaknya patah semangat tahu profesi aslinya selama ini.

"Anak pertama saya, Hayatullah sekarang sudah kerja tadinya dia kuliah di UIN. Selanjutnya, anak kedua saya, Nahib juga lagi kuliah semester 7 di Universitas Mercu Buana. Nah kalau si bungsu, Halimah sedang ikut-ikut tes masuk kuliah," kata Tobiin.

"Saya cuma takut kalau jujur mereka semua malu. Selain itu mereka jadi kasian sama saya dan enggak kepengin kuliah.Yang saya takutin mereka malah berucap saya mau bantu bapak aja. Itu yang enggak mau saya dengar. Biarpun saya bodoh, anak-anak saya harus maju," sambungnya.

Baca Juga: Jadi Motor Utama Penculikan 7 Jenderal Revolusi, Pasukan Cakrabirawa Langsung Dicap Pendukung PKI, Dibubarkan Paksa Padahal Punya Kekuatan Mumpuni

Dulunya, Tobiin memiliki pekerjaan yang menurutnya jelas.

Tobiin pernah bekerja sebagai guru agama di salah satu sekolah di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

"Dulu dibayarnya per jam. Bayarannya murah, akhirnya saya hanya bertahan sampai 2 tahun. Habis situ saya dagang nasi goreng di Pasar Minggu. Karena capek dan sudah menua, saya tutup usai 10 tahun berjualan. Kemudian ikut orang dagang roti sampai ke es kue ini. Akhirnya bertahan sampai sekarang," katanya.

Source :TribunJakarta.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x