"Tapi selama ini keluarga saya enggak ada yang tahu saya kerja apa. Sampai anak pertama dan kedua saya pada kuliah di Jakarta juga saya enggak ngaku kerha apa," ungkap dia.
'Malu', menjadi kata yang selalu keluar dari mulutnya.
Tobiin mengaku profesinya pekerjaan yang saat ini dijalaninya, membuatnya tak percaya diri.
Dirinyakadung takut anak-anaknya patah semangat tahu profesi aslinya selama ini.
"Anak pertama saya, Hayatullah sekarang sudah kerja tadinya dia kuliah di UIN. Selanjutnya, anak kedua saya, Nahib juga lagi kuliah semester 7 di Universitas Mercu Buana. Nah kalau si bungsu, Halimah sedang ikut-ikut tes masuk kuliah," kata Tobiin.
"Saya cuma takut kalau jujur mereka semua malu. Selain itu mereka jadi kasian sama saya dan enggak kepengin kuliah.Yang saya takutin mereka malah berucap saya mau bantu bapak aja. Itu yang enggak mau saya dengar. Biarpun saya bodoh, anak-anak saya harus maju," sambungnya.
Dulunya, Tobiin memiliki pekerjaan yang menurutnya jelas.
Tobiin pernah bekerja sebagai guru agama di salah satu sekolah di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
"Dulu dibayarnya per jam. Bayarannya murah, akhirnya saya hanya bertahan sampai 2 tahun. Habis situ saya dagang nasi goreng di Pasar Minggu. Karena capek dan sudah menua, saya tutup usai 10 tahun berjualan. Kemudian ikut orang dagang roti sampai ke es kue ini. Akhirnya bertahan sampai sekarang," katanya.