"Saya cuma takut kalau jujur mereka semua malu. Selain itu mereka jadi kasian sama saya dan enggak kepengin kuliah.Yang saya takutin mereka malah berucap saya mau bantu bapak aja. Itu yang enggak mau saya dengar. Biarpun saya bodoh, anak-anak saya harus maju," sambungnya.
Dulunya, Tobiin memiliki pekerjaan yang menurutnya jelas.
Tobiin pernah bekerja sebagai guru agama di salah satu sekolah di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
"Dulu dibayarnya per jam. Bayarannya murah, akhirnya saya hanya bertahan sampai 2 tahun. Habis situ saya dagang nasi goreng di Pasar Minggu. Karena capek dan sudah menua, saya tutup usai 10 tahun berjualan. Kemudian ikut orang dagang roti sampai ke es kue ini. Akhirnya bertahan sampai sekarang," katanya.
Punya Kebun dan Sawah
Bagi Tobiin, apapun pekerjaannya, ia sudah bertekad bulat akan menguliahkan ke-3 anaknya.
Untuk itu, sawah dan kebun sekira 8.000 meter yang ditanami pala, cengkeh, dan bumbu dapur lainnya tak pernah sekalipun ia jual.
"Kalau kuliahin anak dari jualan es kue aja mana bisa. Kan sehari paling panyak juga cuma Rp 50 ribu. Itupun belum dikurang setoran, makan dan lain sebagainya. Makanya saya tetap kerja begini supaya untuk kehidupan sehari-hari dari uang jualan aja. Sementara hasil kebun sama sawah fokus untuk keluaraga aja," ungkapnya.
Source | : | TribunJakarta.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar