Seperti dicatat Metals Focus and World Gold Council, lembaga konsultan pertambangan dan logam yang berbasis di London, produksi emas dunia naik sebesar 709 ton atau hampir 30 juta troy ons sejak awal dekade lalu.
Sejauh ini, China masih jadi negara yang paling banyak mengeruk emas dari perut bumi.
Berada di posisi teratas, negara ini memproduksi 12,99 juta troy ons.
Jumlah produksi emas China mengalami peningkatan sebesar 39 ton ketimbang tahun sebelumnya.
Australia menempati posisi kedua sebagai penghasil emas terbesar dunia dengan produksi mencapai 10,12 juta troy ons.
Kendati demikian, posisi China ini bakal semakin terancam di masa depan siiring terus meningkatnya hasil pertambangan emas dari Rusia dan Kanada.
Kedua negara itu terus berupaya meningkatkan produksi emas dari tahun ke tahun.
Rusia sendiri saat ini berada di posisi ketiga penghasil emas dunia dengan produksi 9,56 juta troy ons.
Lalu diikuti Amerika Serikat sebesar 7,13 juta troy ons, Kanada sebesar 6,08 juta troy ons, dan Peru 5,09 juta troy ons.
Indonesia ada di posisi ketujuh produsen emas terbanyak di dunia dengan volume yang ditambang di tahun 2018 sebesar 4,42 juta troy ons.