Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pertama Kalinya Dalam 50 Tahun Terakhir, Ekonomi China Dibuat Babak Belur oleh Wabah Corona, Sri Mulyani: Risiko Corona Lebih Rumit dari Krisis 2008

None - Jumat, 06 Maret 2020 | 05:42
Ekonomi China Babak Belur Hingga Tumbuh Negatif untuk Pertama Kali Sejak 50 Tahun, Sri Mulyani: Risiko Corona Lebih Rumit dari Krisis 2008
insider.com; kompas.com

Ekonomi China Babak Belur Hingga Tumbuh Negatif untuk Pertama Kali Sejak 50 Tahun, Sri Mulyani: Risiko Corona Lebih Rumit dari Krisis 2008

Gridhot.ID-Corona yang sudah diakui positif terjadi di Indonesia memang menimbulkan kekhawatiran masyarakat.

Tidak hanya dari risiko kesehatan, namun juga dari sisi ekonomi.

Sebab, dengan tidak adanya masyarakat yang beraktivitas dan semakin dibatasinya kunjungan antar negara, ekonomi benar-benar lesu.

Baca Juga: Gelar Perkara Wali Santri Ngamuk Tak Terima Anaknya di DO, Labrak Bawa Pengacara hingga Pukuli Ustaz, Pengasuh Ponpes Angkat Bicara: Pesantren kan Punya Aturan!

Di China, tempat asal mula wabah corona dengan korban terbanyak, ekonomi terperosokke dalam kontraksi pertamanya sejak tahun 1970-an.

Aktivitas ekonomi China menurun tajam pada Februari 2020 ketika perusahaan-perusahaan berjuang untuk membuka kembali bisnis atau mempekerjakan pekerja setelah pemerintah China meminta penutupan pabrik untuk mencegah penyebaran corona.

Hasilnya, indeks pembelian manajer (PMI) Caixin atau indeks manufaktur China anjlok ke level 26,5 di bulan Februari 2020 lalu, dari sebesar 51,8 pada bulan sebelumnya. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi, bukan pertumbuhan.

Baca Juga: Nyamar Pakai Jas, Pengantin Laki-laki Ternyata Wanita Ini Nekat Nikahi Siri Perempuan Pujaannya, Keluarga Geger Saat Identitasnya Terbongkar

"Ekonomi China memang sangat buruk," kata Kit Juckes, ahli strategi di Societe Generale seperti dikutip CNN.

Raymond Yeung, Kepala Ekonom untuk Greater China di ANZ mengatakan wabah virus corona telah menempatkan pemerintah China ke dalam situasi yang sulit.

Di satu sisi, kebijakan penguncian atau isolasi adalah cara paling efektif untuk mencegah penyebaran virus. "Di sisi lain, langkah-langkah kesehatan itu menghambat kegiatan ekonomi," ujarnya.

Gambar suram industri manufaktut itu diperkuat data penjualan perusahaan besar di China. Pembuat bir terbesar di dunia, ABInBev menyebut telah kehilangan US$ 285 juta pendapatan pada Januari dan Februari 2020 di Cina.

Source :Kompas.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x