Gridhot.ID-Corona yang sudah diakui positif terjadi di Indonesia memang menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
Tidak hanya dari risiko kesehatan, namun juga dari sisi ekonomi.
Sebab, dengan tidak adanya masyarakat yang beraktivitas dan semakin dibatasinya kunjungan antar negara, ekonomi benar-benar lesu.
Di China, tempat asal mula wabah corona dengan korban terbanyak, ekonomi terperosokke dalam kontraksi pertamanya sejak tahun 1970-an.
Aktivitas ekonomi China menurun tajam pada Februari 2020 ketika perusahaan-perusahaan berjuang untuk membuka kembali bisnis atau mempekerjakan pekerja setelah pemerintah China meminta penutupan pabrik untuk mencegah penyebaran corona.
Hasilnya, indeks pembelian manajer (PMI) Caixin atau indeks manufaktur China anjlok ke level 26,5 di bulan Februari 2020 lalu, dari sebesar 51,8 pada bulan sebelumnya. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi, bukan pertumbuhan.
"Ekonomi China memang sangat buruk," kata Kit Juckes, ahli strategi di Societe Generale seperti dikutip CNN.
Raymond Yeung, Kepala Ekonom untuk Greater China di ANZ mengatakan wabah virus corona telah menempatkan pemerintah China ke dalam situasi yang sulit.
Di satu sisi, kebijakan penguncian atau isolasi adalah cara paling efektif untuk mencegah penyebaran virus. "Di sisi lain, langkah-langkah kesehatan itu menghambat kegiatan ekonomi," ujarnya.
Gambar suram industri manufaktut itu diperkuat data penjualan perusahaan besar di China. Pembuat bir terbesar di dunia, ABInBev menyebut telah kehilangan US$ 285 juta pendapatan pada Januari dan Februari 2020 di Cina.