Terkait hal tersebut di atas, Kadis Boy mengatakan sampai saat ini belum menerima laporannya.
“Jumlahnya kan tiga puluh tiga anak, ada anak SMP, SMA, kuliah, dan pengangguran, di sini kewenangan kami kan SMA, tapi terlepas dari siapapun yang berwenang, kalau dilihat kejadian itu kan sudah malam. Nah dalam dunia pendidikan ada faktor pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal.
"Kalau yang formal, dunia pendidikan di sekolah ini juga terbatas dari setengah 8 sampai pukul 4 sore, kemudian selepas siswa pulang dari sekolah mereka sudah memasuki dunia non-formal, katakanlah lingkungan masyarakat, kemudian lebih kecil lagi informal yakni orangtuanya,” papar Kadis Boy, Jumat (20/3/2020).
Dirinya mengatakan bahwa pendidikan tidak hanya diterima secara formal di sekolah saja, tetapi juga di lingkungan masyarakat dan orangtua, sehingga peran kedua subyek tersebut sangatlah penting.
Kadis Boy menyayangkan apa yang telah terjadi ini di tengah-tengah kekhawatiran penyebaran Covid-19.
Dirinya pula menyayangkan tingkah laku anak-anak tersebut yang bukannya memanfaatkan waktu belajar ini, justru dihabiskan untuk hal yang tidak baik.
“Nah ini kan kami prihatin juga dengan suasana seperti ini, kok masih sempat-sempatnya melakukan aksi balap liar.
"Nah marilah kita, baik dari orangtua dan masyarakat bersama-sama ikut mengawasi anak-anak kita. Terlebih sekarang agak sulit karena anak-anak dirumahkan dan tidak belajar ke sekolah sehingga susah mengontrolnya,” ungkapnya
Menurutnya, di sinilah pemahaman anak-anak mengenai bagaimana situasi sebenarnya tentang Covid-19 ini perlu ditingkatkan, mereka juga perlu menyadari situasi yang sedang terjadi dan bukan justru datang ke tempat keramaian.