Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot - Pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan social distance atau menjaga jarak sosial.
Social distance ini diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Bahkan memberlakukan work from home atau bekerja dari rumah.
Namun, tampaknya social distance ini masih menjadi suatu dilema.
Salah satunya bagi driver ojek online (ojol) yang kini menjadi sepi order.
Dilansir Gridhot dari kanal YouTube Indonesia Lawyers Club yang diunggah pada Selasa (24/3/2020), seorang driver ojek online (ojol) mengungkapkan curahan hatinya akibat virus corona yang semakin merebak.
Ginanjar, driver ojol, menyampaikan sejumlah hal yang berkaitan dengan penanganan virus corona di Indonesia.
Dalam sehari, biasanya Ginanjar mampu mendapat untung Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.
Ia mengatakan, biasanya ia bekerja dari pagi menjelang hingga larut malam.
Ginanjar mengatakan bahwa sebelumnya, ia sempat mendapat order makanan dari seorang perempuan.
Perempuan yang tak ingin disebutkan identitasnya itu memilih memberikan kepada Ginanjar.
"Ini pengalaman saya dari semalam saya 'ngalong' sampai pagi bahwa yang tadi saya dapat order Alhamdulillah, ada mba mba hebat," ucap Ginanjar.
Ia pun melanjutkan ceritanya.
"Saya pulang pagi, tidur sejenak kira-kira sampai jam 12.00 WIB, saya bangun biasa bercanda sama anak walau hari itu saya ga makan karena memang mohon maaf, ga ada bisa yang dimakan, itu sebagai contoh pendapatan saya," ujar Ginanjar.
Ginanjar mengatakan bahwa sekarang banyak orang yang saling menyalahkan.
Menurutnya, pekerja harian seperti dirinya pada saat ini tidak membutuhkan kata-kata bijak.
Bapak 3 orang anak ini berpendapat bahwa pekerja harian sepertinya hanya membutuhkan rangkulan tangan sebagai wujud empati dari masyarakat yang berkecukupan.
"Yang kami butuhkan sekarang itu, rangkulan tangan wujud empati kalian semua. Kami tu udah kenyang dinasihati," ujarnya.
Ginanjar juga mengatakan bahwa mereka bukannya tidak taat pada peraturan pemerintah yang menghimbau untuk melakukan social distance.
"Kami bukan warga yang tidak taat peraturan, kami taat. Kami tahu sakit, kami ke rumah sakit. Kami tahu disuruh istirahat di rumah, kami istirahat di rumah," imbuh pria tersebut.
Namun, ia mengatakan bahwa ia membutuhkan empati yang berwujud, seperti halnya perempuan yang telah memberinya makanan sebelumnya.
"Kami butuh wujud dari empati kalian, yaitu berwujud," tambahnya.
"Kami mau kok istirahat di rumah, kami ini bukan orang-orang bandel. Kami mau, benar. Kami gak cuma berpacu kepada pemerintah," timpalnya.
Ia juga menyinggung sejumlah influencer yang memiliki banyak pengikut.
"Helo kemana kalian yang suka posting-posting, yang jumlah subscribenya banyak, yang jumlah followersnya banyak, yang berpenghasilan banyak, helo," ujarnya menyinggung para influencer.
"Sekarang ini butuh influence. Butuh trend setter. Kalau ada yang nyontohin bagus, pasti nanti banyak. Gak usah pikirin riya, karena malaikat ga bakal mengurangi pahala," imbuhnya.
Ia juga mengatakan bahwa PR yang sekarang dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah masalah kemanusiaan.
Masa social distancing ini nampak membuat Ginanjar tak dapat bekerja secara maksimal.
Terlebih pemerintah selalu mengimbau agar tetap di rumah dan menghindari keramaian yang berpotensi menimbulkan penularan virus corona.
Namun, driver ojol itu menegaskan bahwa dalam masa social distancing ini, dirinya tidak meminta agar seluruh biaya hidupnya ditanggung pemerintah.
"Kami tuh ga minta bantu bayarin kontrakan kami, cicilan motor kami. Dua minggu! Kami butuh makan, kami butuh makan dua minggu! Saya kesampingkan kebutuhan saya seperti kontrakan. Ini wujud saya taat sama peraturan pemerintah, saya tunduk, ga akan bangkang," ucap Ginanjar.
Namun Ginanjar juga mengungkapkan, ia tak membutuhkan jargon untuk melakukan social distance maupun karantina mandiri.
Ia hanya membutuhkan kepedulian sesama.
Terlepas dari itu, Ginanjar masih berharap pemerintah tidak memberlakukan lockdown atau karantina suatu wilayah untuk pencegahan virus corona.
Menurutnya, masih ada kesempatan untuk menangani virus corona tanpa diberlakukannya lockdown.(*)