Bahkan, Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas secara online, Kamis (2/4) juga sempat menyebut kalau musim panas saat ini akan sangat mempengaruhi berkembangnya COVID-19 ini.
Padahal, tim peneliti Harvard Medical School berpendapat, virus corona tidak terlalu sensitif terhadap iklim wilayah.
Penularan SARS-CoV-2—virus penyebab COVID-19—di wilayah beriklim tropis seperti Guangxi dan Singapura menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban udara yang tinggi tidak menyebabkan penularan virus corona menurun.
Studi lain dari dua pakar ilmu komputer Massachusetts Institute of Technology menunjukkan, virus corona mungkin memang tidak dapat menyebar secara efisien di wilayah dengan suhu dan kelembaban udara tinggi.
Pada akhirnya, perbedaan suhu dan kelembapan udara bisa jadi memperlambat penyebaran virus corona, namun tidak menghentikannya.
Virus corona masih tetap bisa menyebar dalam hitungan jam atau hari.(*)