Cunningham menyebut, "kami yakin jika dampak stress pada kelelawar akan mirip stress pada manusia."
"Akan terjadi peningkatan infeksi patogen yang kemudian dikeluarkan dan menyebar ke mana-mana."
"Hal ini seperti jika orang-orang stress dan memiliki virus radang flu, mereka akan menunjukkan gejalanya."
"Itulah yang disebut virus 'diekspresikan' yang bisa terjadi pada kelelawar juga."
Di pasar hewan liar Wuhan yang kini telah dibuka kembali, hewan liar disimpan dalam kandang yang sama dan dijual sebagai sumber makanan atau hewan peliharaan.
Jika hewan-hewan liar berkumpul bersamaan dan dalam kondisi stress maka virus bisa keluar dari tubuh mereka dan saling bercampur aduk.
"Jika mereka dikirim atau ditahan di kandang dalam sebuah pasar, berdekatan dengan hewan lain atau bahkan manusia, akan ada peluang virus-virus itu ditumpahkan dalam jumlah besar," jelas Cunningham.
Hewan lain di pasar tersebut juga lebih rentan dengan infeksi karena mereka juga stress dan tertekan.
"Manusia semakin sering memindahkan hewan, untuk pengobatan, untuk makanan, pada skala yang belum pernah dilakukan oleh manusia," ujar Kate Jones, pimpinan jurusan Ecology and Biodiversity di University College London.
"Kita juga menghancurkan habitat mereka menjadi lahan-lahan pertanian yang didominasi oleh manusia. Hewan saat ini bercampur dan berevolusi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya."