Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Asal Suaranya Masih Misteri, Bukan Gunung Anak Krakatau, Muncul Dugaan Gunung Ini yang Menjadi Sumber Dentuman, Begini Penjelasan Pakar

Desy Kurniasari - Senin, 13 April 2020 | 09:13
Gunung Salak

Gunung Salak

Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari

Gridhot.ID - Warga di sejumlah daerah sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dikejutkan dengan munculnya dentuman.

Bunyi dentuman tersebut beriringan dengan adanya erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) pada Jumat (10/4/2020) sekitar pukul 21.58 WIB.

Melansir Kompas.com, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono ST Dipl Seis MSc, dalam keterangan tertulisnya menyebutkan bahwa hal ini tidak ada kaitannya.

Baca Juga: Pasca Erupsi Gunung Anak Krakatau dan Suara Dentuman Misterius Hantui Warga Jabodetabek, Viral Catatan Tangan Diduga Milik Anak Indigo, Singgung Adanya Sosok yang Akan Kembali

Kata Rahmat, sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB, hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan tidak terjadi gempa tektonik yang kekuatannya signifikan atau cukup besar di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Provinsi Banten.

Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda yang aktif saat erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi, yaitu pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4.

Episenter gempa itu terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13 kilometer.

Baca Juga: Anggota Mapolres Memberamo dan Keluarganya Diminta Tidak Keluar Mako, Pasca Pecah Bentrok TNI dengan Polri, 2 Polisi Tewas, Kapolda Papua Ambil Langkah Ini

Namun demikian, rupanya bunyi dentuman tersebu masih menyisakan misteri bagi masyarakat.

Kini justru muncul dugaan bahwa asal dari dentuman tersebut berasal dari Gunung Salak.

Sebab, di waktu yang nyaris bersamaan terjadi hujan petir di sekitar Gunung Salak.

Hal ini pun kemudian memicu netizen Twitter menjadikan Gunung Salak sebagai trending.

Baca Juga: Tiba-tiba Datangi Tuannya saat Hujan, Kehadiran Garaga Buat Panji Petualang Kegirangan, King Kobra Itu Alami Perubahan Signifikan Usai Dilepas ke Alam Liar Selama 2 Bulan

Dilansir dari Wartakotalive.com, trending Gunung Salak dimulai sejak Sabtu malam hingga Minggu dini hari.

Semula trending dengan kata Gunung Salak, mulai Minggu Dini Hari disertai tanda pagar (tagar) menjadi #GunungSalak.

Berdasarkan kejadian tersebut, senada dengan BMKG, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali memastikan dentuman yang terdengar oleh sebagian masyarakat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) bukan berasal dari erupsi GAK.

Baca Juga: Ngamuk Balik ke Satgas Amole TNI-Polri, KKB Tembaki 2 Mobil Patroli, Ini Nomer Lambung Kendaraan Logistik yang Jadi Sasaran

"Bukan (dari GAK), melainkan dari sumber lain. Nah, sumber lainnya kami tidak bisa menentukan," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG, Nia Khaerani, melalui sambungan telepon kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Ia mengatakan berdasarkan laporan dari pos pemantauan terdekat di sekitar GAK, petugas tidak menemukan bahwa dentuman itu berasal dari GAK karena intensitas erupsinya relatif kecil, sehingga tidak mungkin menghasilkan suara dentuman yang terdengar sampai 125 kilometer ke wilayah Jabodetabek.

"Apalagi di pos pengamatan Gunung Anak Krakatau sendiri yang jaraknya 42 km. Itu tidak terdengar," katanya.

Meski demikian, petugas di sekitar pos pemantauan Gunung Gede, Bogor, dan Gunung Salak di Sukabumi, menurut laporan memang mendengar juga adanya suara keras.

Baca Juga: Kompori Warga Agar Tolak Pemakaman Jenazah Perawat Positif Virus Corona, Provokator yang Ditangkap Pihak Kepolisian Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Mereka Merupakan Tokoh Masyarakat Desa yang Dihormati

Tetapi mereka menduga suara itu berasal dari petir saat hujan petir yang terjadi menyusul erupsi di GAK.

"Jadi bukan hanya di Gunung Gede dan Gunung Salak yang mendengar petir, di sekitar Gunung Anak Krakatau pada saat bersamaan dengan erupsi itu memang terdapat juga hujan petir, karena saat ini sedang musim hujan disertai petir," katanya.

Terkait dengan suara dentuman, PVMBG sendiri memasang alat bernama infrasound untuk merekam kemungkinan adanya sinyal akustik dari erupsi gunung api.

Baca Juga: Waspada! Ibu Hamil Ini Positif Corona Gara-gara Uang Kembalian Belanja di Tukang Sayur Keliling, Gubernur Ganjar Sampai Hampir Tak Percaya dengan Apa yang Didengarnya

Namun, infrasound hanya merekam gelombang suara yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia, berbeda dengan dentuman yang terdengar oleh sebagian masyarakat di wilayah Jabodetabek.

"Jadi walaupun dengan alat itu dia terekam, tapi kan frekuensinya berbeda dengan dentuman yang langsung bisa terdengar oleh telinga manusia," katanya.

Oleh karena itu, Nia memastikan suara dentuman menyusul erupsi Gunung Anak Krakatau bukanlah berasal dari gunung tersebut, melainkan dari sumber lain yang belum diketahui secara pasti.

Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar, dalam tulisannya di akun Instagram resmi PVMBG KESDM juga sependapat dengan hal itu.

Baca Juga: Batal Ngopi di Lantai 2 Rumahnya, Mbah Mijan Dengar Suara Dentuman Sabtu Dini Hari, Sang Paranormal: Parah, Parah Banget!

Ia menyimpulkan bahwa ancaman primer yang langsung dari erupsi GAK bersifat lokal karena lontaran batu atau lava hanya terlokalisir di tubuh gunung api.

"Sangat kecil kemungkinan, bahkan diabaikan ancaman bahaya seperti ini sampai ke Pulau Jawa atau Sumatera," katanya.

Suara dentuman, kata dia, tidak merefleksikan eksplosivitas erupsi, tidak juga dapat dijadikan indkator akan terjadinya erupsi besar.

Baca Juga: Digandrungi Kaum Hawa Karena Ketampanannya, Tabiat Prince Mateen Bertolak Belakang dari Sang Bunda, Harumkan Nama Brunei Darussalam dengan Sederet Prestasinya

Ancaman bahaya sekunder berupa abu vulkanik jangkauannya dapat lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

"Untuk hal itu PVMBG sudah menerbitkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan kode warna orange," katanya.

VONA tersebut sudah terintegrasi dengan sistem penerbangan sehingga tindak lanjut dari stakeholder dari penerbangan dapat dilakukan.

Baca Juga: Nasib Apes Menimpa Perawat Ini, Ingatkan Pasien Kenakan Masker, Ia Justru Diserang Pria di Hadapannya, Sebuah Pukulan Kenai Kepalanya

Untuk itu, PVMBG mengimbau masyarakat di Pulau Jawa dan Sumatera untuk tidak khawatir terhadap kemungkinan dampak erupsi GAK.(*)

Source :Kompas.comWartakotalive.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x