"Butuh sedikit percobaan untuk membuat bahan dari lidah agar rata dan cukup kenyal," kata dia.
Menyusul keributan media sosial atas tas itu, Arnold Putra mengunggah konten lewat fitur Instagram Story yang menyebut -entah serius atau bercanda- koleksinya berasal dari sisa-sisa manusia yang telah diplastinasi.
Legalitas pembelian dan penjualan tulang manusia bervariasi di seluruh dunia.
Perdagangan itu legal di banyak negara bagian AS, menurut laman National Geographic.
Pemilik toko, Ben Lovatt, mengatakan kepada Insider, pegangan tas berbentuk tulang belakang tersebut memang tampaknya merupakan spesimen medis atau bagian pengajaran yang sudah tak dipakai.
Dia menambahkan, ada sejarah panjang perdagangan tulang untuk pengajaran, juga untuk tujuan budaya, dan pribadi.
Seorang Juru bicara The Unconventional, yang telah mengiklankan tas yang dibuat dari tulang belakang manusia ini sejak 2016 juga angkat bicara.
Source | : | Kompas.com,Twitter,Antara |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar