Pasien tersebut dipilih secara acak dari Hangzhou di provinsi timur Zhejiang.
Mereka menguji seberapa efisien virus di dalamnya mampu menginfeksi dan membunuh sel.
SCMP melaporkan, mutasi paling mematikan pada pasien Zhejiang juga telah ditemukan pada sebagian besar pasien di seluruh Eropa.
Sedangkan strain yang lebih ringan adalah varietas dominan yang ditemukan di Amerika Serikat, seperti di negara bagian Washington.
Prof Li mengingatkan mutasi lebih lemah tidak menjamin adanya risiko infeksi lebih rendah.
Lebih dari 30 mutasi virus corona dideteksi menciptakan 19 mutasi atau sekitar 60 persennya adalah mutasi virus baru.
Mutasi baru ini menyebabkan perubahan fungsional pada spike protein virus, memungkinkan struktur unik di atas selubung virus mampu mengikat sel manusia.
Tim Li memverifikasi teorinya dengan menginfeksi sel menggunakan strain virus corona yang membawa mutasi berbeda.
Parahnya, strain paling agresif dari SARS-CoV-2 mampu menghasilkan viral load 270 kali lebih banyak dibanding jenis virus paling lemah.