Pria kelahiran Palembang 7 February 1956 ini menceritakan, sewaktu kecil rumahnya dekat dengan masjid, dan sekarang rumahnya berada di seberang masjid.
Kesehariannya juga banyak berinteraksi dengan umat Muslim. Hal tersebut juga memengaruhi jiwanya untuk masuk Islam.
"Prosesnya butuh dua tahun untuk memutuskan memeluk agama Islam. Terlebih saya sudah mengalami tiga fase yaitu yang pertam hidup enak, lalu tahun 1998 krisis moneter, dan ketiga yang kebakaran toko," katanya.
Menurutnya, saat insiden kebakaran toko ia banyak dibantu oleh temen-temen muslim. Perjalanan hidup ini memang semuanya butuh proses, untuk itu ia pun menjelaskan terhadap keluarga dan terhadap etnisnya atas keputusan yang diambil.
"Keluaraga semua terima, cuma kalau mau keluarga semua Islam butuh proses dan waktu," jelasnya.
Usai resmi memeluk agama Islam, Hermanto Wijaya untuk pertama kalinya salat Ashar berjamaah di Masjid Raya Citra Grand City.
Proses mengambil wudu dan salat diajarkan oleh para ustadz. "Saya sangat senang bisa salat di sini," katanya.
"Namanya baru proses belajar ya. Tempat kita dulu juga ada jongkok tapi jongkoknya tidak sampai habis ke bawah. Kalau untuk baca-bacaanya nanti dipandu ustad, bisa bisa privat belajar bertahap," katanya.
Momentum mualaf berdekatan dengan bulan Ramadan, Hermanto mengatakan akan belajar puasa.