Angka tersebut lenij rendah dibandingkan perkiraan yang di kisaran 2,5 persen hingga 3 persen dari PDB.
"Kalau CAD rendah, tekor defisit lebih rendah, dan itu mendukung nilai tukar menguat," ujar Perry.
Faktor lain yang mendukung penguatan rupiah adalah perbedaan suku bunga di dalam negeri dan luar negeri yang cukup tinggi.
Dia mencontohkan, jika Surat Berharga Negara (SBN) pada lelang beberapa waktu lalu sempat menyentuh angka yield (imbal hasil) 8,08 persen saat ini sudah turun di kisaran 7,97 persen.
"Itupun kalau dibandingkan dengan suku bunga Amerika Serikat, perbedaannya lebih dari 7,5 persen.
Nah 7,5 persen ini akan menarik inflow ke dalam negeri, termasuk di SBN," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gubernur BI: Alhamdulillah Rupiah Menguat di Bawah Rp 15.000"
(*)