"Tetapi jika Anda membandingkannya dengan Amerika di mana 16 persen populasi berusia lebih dari 70 tahun dan di Italia 20 persen, itu memberikan penjelasan yang masuk akal tentang rendahnya jumlah kasus yang dilaporkan dan tingkat kematian yang rendah di Bali," jelas Mahardika.
Teori cuaca panas
Di sisi lain, Mahardika menyebut virus tidak menular secara efektif di iklim tropis seperti Bali.
"Saya telah membuat makalah yang menyebut Covid-19 mungkin sensitif terhadap panas dan kelembaban seperti yang telah dilaporkan terjadi pada virus corona penyebab MERS dan SARS," ungkapnya.
Presiden Jokowi juga pernah menyebutkan peran teori ini kepada para wartawan, pekan lalu.
"Semakin tinggi suhunya, semakin tinggi kelembaban dan paparan langsung sinar matahari akan semakin memperpendek masa hidup Covid-19 di udara dan pada permukaan yang tidak berpori. Ini adalah berita baik bagi Indonesia," kata Jokowi.
Namun semua itu merupakan dugaan, karena keterbatasan pengujian yang dilakukan.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Digadang-gadang Seperti Wuhan, Nyatanya Kasus Virus Corona di Bali Terpantau Rendah, Padahal Dikunjungi 900.000 Turis Asing, Apa Alasannya?
(*)