"Ada jumlah kasus demam berdarah yang luar biasa tinggi di Bali saat ini, lebih dari 2.100 kasus dan saya percaya itu."
"Karena pengujian untuk demam berdarah lebih mudah, lebih murah dan lebih cepat daripada pengujian untuk Covid-19," ujar Dicky.
Tidak bergejala
Pada beberapa kasus, Covid-19 memang bisa terjadi tanpa menunjukkan gejala apapun atau asimptomatik.
Dicky mengatakan tingkat kematian Covid-19 yang luar biasa rendah di Bali dapat dikaitkan dengan wabah asimptomatik.
"Kami tahu 80 persen dari semua kasus di dunia tidak menunjukkan gejala karena mereka terkait dengan orang dewasa muda."
"Saya percaya itu juga terjadi di Bali, sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala karena demografi anak muda," ucap Dicky.
Ahli virologi dari Universitas Udayana, Prof. Gusti Ngurah Mahardika juga percaya bahwa demografi pendududuk di pulau Bali berperan penting.
"Jika Anda melihat struktur usia di Bali, usia rata-rata 30 tahun."
"Tetapi jika Anda membandingkannya dengan Amerika di mana 16 persen populasi berusia lebih dari 70 tahun dan di Italia 20 persen, itu memberikan penjelasan yang masuk akal tentang rendahnya jumlah kasus yang dilaporkan dan tingkat kematian yang rendah di Bali," jelas Mahardika.
Teori cuaca panas
Di sisi lain, Mahardika menyebut virus tidak menular secara efektif di iklim tropis seperti Bali.
"Saya telah membuat makalah yang menyebut Covid-19 mungkin sensitif terhadap panas dan kelembaban seperti yang telah dilaporkan terjadi pada virus corona penyebab MERS dan SARS," ungkapnya.
Presiden Jokowi juga pernah menyebutkan peran teori ini kepada para wartawan, pekan lalu.
"Semakin tinggi suhunya, semakin tinggi kelembaban dan paparan langsung sinar matahari akan semakin memperpendek masa hidup Covid-19 di udara dan pada permukaan yang tidak berpori. Ini adalah berita baik bagi Indonesia," kata Jokowi.
Namun semua itu merupakan dugaan, karena keterbatasan pengujian yang dilakukan.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Digadang-gadang Seperti Wuhan, Nyatanya Kasus Virus Corona di Bali Terpantau Rendah, Padahal Dikunjungi 900.000 Turis Asing, Apa Alasannya?
(*)
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar