"Maunya alat yang bagus. Yang kemarin itu jelek. Makanya ibu enggak (ikut rapid test)," ujarnya.
Ia khawatir pikirannya jadi terbebani saat menggunakan alat rapid test tersebut. Euis juga meminta Pemkab Garut untuk menarik semua alat rapid test yang ada saat ini.
"Alat yang ada tarik dulu. Ganti dengan yang baru. Jangan nakut-nakutin masyarakat dan buat resah," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengakui bahwa alat rapid test yang ada memang tak sepenuhnya 100 % akurat.
"Memang seperti itu, hari ini reaktif tapi saat dites dengan alat lain jadi nonreaktif. Kenyataannya seperti itu dan terjadi di beberapa tempat," kata Helmi.
Helmi telah mempertanyakan hasil rapid test yang tak sesuai itu. Rapid test itu menggunakan merk Viva Diag yang berasal dari Cina.
Pengadaan alat tersebut berdasarkan rekomendasi dari gugus tugas pusat.
Terkait permintaan Ketua DPRD Garut yang meminta alat rapid test diganti, Helmi menyetujuinya. Namun rapid test merk Viva Diag itu tetap bisa digunakan.
"Nanti pembandingnya bisa pakai merk yang lain. Tapi harus hati-hati pakainya. Rapid test ini kan penjaringan awal," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Maskut Farid, menyebut, rapid test merk Viva Diag memang banyak dikeluhkan. Banyak hasil yang tak sesuai seperti terjadi Setda dan Kecamatan Selaawi.