Menjadi keluarga tak berada, membuat Alha dan keluarganya sering dihina dan dituduh jika ada orang yang kehilangan barang.
“Bayangkan, ayah saya hanya bekerja sebagai tukang kebun dengan penghasilan 500 rinngit dan diperlukan untuk menghidupi empat anaknya."
"Saya sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana ayah mampu melakukannya."
“Dipandang hina itu sudah biasa."
"Malah kalau pergi ke rumah orang dan ada sesuatu yang hilang, keluarga kami yang dituduh mencuri."
“Ketika ingat masa itu memang sedih, tapi situasi itulah yang membuat saya bertekad untuk berhasil dalam hidup untuk membantu keluarga dan tidak ada lagi yang menghina dan menuduh kami sebagai pencuri!” ujarnya.
Alha juga mengisahkan ketika ia berhasil diterima di perguruan tinggi, ibunya rela menggadaikan gelang pernikahannya untuk menutupi kekurangan biaya masuk universitas.
Alha diterima di Universiti Teknologi Mara (UiTM) pada 2007, untuk memenuhi biaya, sang ibu menggadaikan gelangnya dan mendapat sekitar 500 ringgit.
“Aku membonceng ibu naik motor pergi ke toko emas, ketika itu Allah saja yang tahu perasaan saya.