Gridhot.ID - Kamboja akhirnya angkat bicara terkait isu akhir-akhir ini yang sedang merebak.
Pemimpin Kamboja pada hari Senin menyatakan bahwa pihaknya belum memberi hak ekslusif kepada militer China untuk menggunakan pangkalan laut di pantai selatan negara tersebut.
Karena itu, pihaknya tetap terbuka terhadap kehadiran kapal perang negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS) untuk datang dan berlabuh di sana.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan hal tersebut untuk merespons pemberitaan terus menerus dan keprihatinan yang diungkapkan Washington terkait isu bahwa Beijing telah mendapat hak istimewa untuk berlabuh di pangkalan angkatan laut Ream di Teluk Thailand.
Mengutip OutlookIndia, Selasa (2/6/2020), Hun Sen menyangkal laporan The Wall Street Journal bahwa telah ada draf awal perjanjian yang memungkinkan China menggunakan pangkalan angkatan laut Ream selama 30 tahun, dimana China diperbolehkan mengirim personel militer, menyimpang senjata dan tempat berlabuh kapal perang Tiongkok.
Hun Sen mengatakan bahwa Konstitusi Kamboja tidak mengizinkan pangkalan militer asing didirikan di tanahnya, tetapi kapal yang berkunjung dipersilakan.
"Jika kapal perang satu negara diizinkan berlabuh di pangkalan angkatan laut kita, kapal perang negara-negara lain juga akan bisa berlabuh. Kami tidak akan menutupnya kepada siapa pun," katanya.
Hun Sen mempertanyakan apa manfaat yang akan didapat Beijing bila memiliki pangkalan di Kamboja sementara memiliki pangkalan di Laut China Selatan, dan Luat China timur.
Pangkalan-pangkalan China didirikan di perairan yang juga diklaim oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Banyak analis percaya bila benar mendapat hak istimewa di pangkalan Kamboja, akan memperluas profil militer strategis Beijing secara signifikan, dan mengubah keseimbangan kekuatan regional dengan cara yang akan menekan negara-negara yang berdekatan di ASEAN yang masalah keamanannya secara tradisional telah lebih selaras dengan Amerika Serikat.
Hun Sen juga mengatakan Kamboja terbuka untuk mengadakan latihan militer bersama dengan semua negara asing, tetapi mereka harus dilakukan setelah ancaman dari virus corona telah berlalu. Kamboja hanya terpengaruh sedikit oleh virus, menurut angka resmi.
Pada 2017, Kamboja memberi tahu Amerika Serikat bahwa mereka membatalkan latihan militer bersama tahunan tahun itu dan berikutnya.
Sebelumnya, Kamboja menjadi tuan rumah latihan militer bersama dengan China pada bulan Maret ketika krisis coronavirus berkembang.
China adalah investor terbesar Kamboja dan mitra politik terdekat.
Dukungan Tiongkok memungkinkan Kamboja untuk mengabaikan kekhawatiran Barat tentang catatan buruk dalam hak asasi manusia dan politik, dan pada gilirannya Phnom Penh umumnya mendukung posisi geopolitik Beijing di forum internasional tentang masalah seperti klaim teritorial China di Laut Cina Selatan.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Kamboja sangkal beri hak ekslusif ke militer China gunakan pangkalan angkatan lautnya.
(*)