Sebagai contoh di kawasan industri Konawe, Sulawesi Tenggara, jumlah TKA China yang datang ke Indonesia sangat kecil.
Yakni hanya sekitar 8 persen dari total tenaga kerja keseluruhan dalam proyek.
Lanjut Luhut, China pun sejauh ini cukup patuh dengan aturan berinvestasi di Indonesia.
Baca Juga: Rebut Zaskia Sungkar dari Kekasihnya, Irwansyah: Waktu Aku Ngedeketin Kamu, Kan Kamu Masih Pacaran
"Terkait Tenaga Kerja Asing (TKA) China, sebenarnya jumlah mereka seperti di Konawe hanya kurang lebih 8 persen dari para pekerja yang ada. Saat ini jumlah TKA juga makin berkurang dengan adanya politeknik di Morowali," kata Luhut.
Terkait kedatangan 500 TKA China di dua perusahaan tambang nikel Sulawesi Utara, Luhut mengatakan hal itu wajar saja.
Sebab dalam proyek persiapan industri litium batera di PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel, TKA China jauh lebih mumpuni di bidang tersebut.
Sementara SDM dalam negeri sendiri masih belum menguasau bidang terkait.
Sehingga kedatangan ahli dibidangnya dibutuhkan untuk membantu industri di Indonesia.
"Memang industri ini memerlukan orang orang yang paham membangunnya. Tidak serta merta kita siap. Kita nggak siap, kita harus jujur itu. Tapi sekarang ini kita kerjakan," ujar Luhut.
"Jadi Juni atau Juli siap kita kerjakan ini nanti tenaga asing yang mengerjakan, biarlah mengerjakan." tandasnya. (*)